Jakarta (ANTARA) – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti telah menjabarkan beberapa skenario atau fase kurikulum yang akan diterapkan selama masa tanggap darurat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Untuk fase pertama, yang mencakup bulan nol hingga tiga masa tanggap darurat, Mu’ti menyebutkan bahwa sekolah yang tidak memerlukan perbaikan besar akan menerapkan kurikulum yang disederhanakan. Fokusnya pada kompetensi esensial seperti literasi, numerasi, kesehatan dan keselamatan, dukungan psikososial, serta mitigasi bencana.
“Metode pembelajarannya adaptif dan fleksibel. Kemudian, dukungan psikososial diintegrasikan dengan kegiatan belajar, dengan assesmen yang sederhana,” kata Mu’ti di sini pada Selasa.
Dia menjelaskan bahwa fokus utama fase ini adalah memastikan peserta didik dapat bersekolah dan merasa aman serta nyaman.
Skenario kedua, yang akan diterapkan pada bulan tiga hingga 12 masa tanggap darurat, menekankan adaptabilitas terhadap kondisi krisis dengan mengintegrasikan mitigasi bencana ke dalam mata pelajaran yang relevan.
Skenario ini ditujukan untuk sekolah yang memerlukan periode rekonstruksi lebih lama, ujar sang menteri. Pada fase ini, kurikulum mengutamakan pemulihan kegiatan belajar, pengaturan pembelajaran fleksibel, dan pengajaran yang berdiferensiasi.
“Jadwalnya disesuaikan dengan kondisi siswa, yang mungkin masih berada di tempat penampungan, pelaksanaan pembelajaran *blended* atau hibrida jika memungkinkan, serta pengelompokan berdasarkan kemajuan siswa,” jelasnya.
Dia mencatat ada sistem penilaian berbasis portofolio selama masa transisi, dan remedial diadakan secara berkala untuk membantu siswa yang terdampak berat mengejar ketertinggalan. Juga ada monitoring sosio-emosional bagi siswa, tambahnya.
Skenario ketiga, mencakup periode satu hingga tiga tahun, dirancang untuk daerah di mana sekolah hancur total dan memerlukan rekonstruksi penuh yang mungkin memakan waktu lebih dari setahun.
“Oleh karena itu, pembelajaran akan dilakukan melalui integrasi permanen pendidikan kebencanaan, penguatan mutu pembelajaran, dan pendidikan inklusif berbasis ketangguhan, serta sistem pemantauan dan evaluasi untuk pendidikan darurat,” paparnya.
Berita terkait: Indonesia cairkan bantuan $2,1 juta untuk pendidik terdampak bencana
Berita terkait: Pemerintah akan bangun kembali sekolah agama terdampak bencana pada 2026
Berita terkait: Indonesia sediakan akses internet gratis untuk sekolah terdampak banjir
Penerjemah: Lintang Budiyanti Prameswari, Mecca Yumna
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025