Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan Indonesia sedang melakukan kerja sama untuk memperkuat implementasi Desa Tanggap Tuberkulosis (TB) guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya mengeliminasi penyakit tersebut pada tahun 2030, sesuai dengan target global.
Komunitas merupakan salah satu komponen yang akan diberdayakan dalam penemuan kasus TB dan pengobatannya, selain pihak lain, Direktur Penyakit Menular di kementerian Ina Agustina Isturini mengatakan pada hari Senin.
Oleh karena itu, pihaknya, bersama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), sedang mendorong beberapa upaya, termasuk penggunaan Dana Desa untuk eliminasi TB dan Desa Tanggap TB.
Isturini mengatakan bahwa salah satu tantangan dalam penemuan kasus adalah jumlah pasien yang besar, namun pelaporan kasus yang kecil atau terlambat.
Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat diperlukan, selain meningkatkan kapasitas diagnostik dan deteksi dini, tambahnya.
Hingga awal Maret 2025, pihaknya telah mendeteksi 889 ribu kasus TB. Angka tersebut menyumbang 81 persen dari target deteksi sebesar 1,092 juta pada tahun 2024.
Kementerian juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat deteksi di tingkat regional melalui partisipasi masyarakat dan komunitas, tambahnya.
“Kami membentuk Forum Kemitraan Pencegahan Tuberkulosis (WKPTB) di tingkat pusat dan tim percepatan pengendalian TB di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota yang dipimpin oleh kepala daerah,” katanya.
Dia mengatakan bahwa tim-tim tersebut telah dibentuk di 21 provinsi dan 142 kabupaten/kota, dengan 12 provinsi dan 82 kabupaten/kota melaksanakan Rencana Aksi Regional untuk pengendalian TB. Sementara 17 provinsi dan 372 kabupaten/kota belum membentuk tim tersebut.
“Ini adalah tantangan kami. Semoga Hari TB Sedunia bisa menjadi titik balik untuk mengingatkan semua pihak untuk mempercepat TB (penanganan), termasuk dalam pembentukan tim dan Rencana Aksi Regional,” tambah Isturini.
Terkait peningkatan deteksi dini di daerah, pihaknya juga berupaya meningkatkan kapasitas kader dan puskesmas untuk mengoptimalkan investigasi kontak.
“Kemudian mengangkat isu peningkatan layanan kesehatan dan perlindungan sosial bagi penderita TB. Kemudian advokasi kebijakan dengan mencakup situasi dan tindakan nyata dalam pemberantasan TB berbasis komunitas,” katanya.
Upaya-upaya ini bertujuan untuk mengatasi masalah terkait pengendalian TB, termasuk stigma yang membuat orang enggan mencari pengobatan, sumber daya kesehatan manusia yang terbatas, dan kurangnya logistik.
Berita terkait: Indonesia terlibat dalam penelitian vaksin TB global: kementerian
Berita terkait: Kementerian mendeteksi 889 ribu kasus TB hingga Maret 2025: Pejabat
Translator: Mecca Yumna N P, Resinta Sulistiyandari
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2025