Pemerintah RI Perluas Cakupan Imunisasi Pascabanjir dan Longsor di Sumatra

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan Indonesia meningkatkan upaya imunisasi di beberapa wilayah Sumatra yang terdampak banjir dan longsor. Tujuannya untuk mencegah wabah penyakit menular pasca bencana.

Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan, Indri Yogyaswari, menyatakan kampanye ini akan fokus pada tiga prioritas: pengiriman vaksin tambahan ke posko pengungsian, menjangkau komunitas yang langsung terkena bencana, serta menargetkan daerah dimana ada kasus campak yang terduga.

"Langkah ini mengikuti surat edaran Kementerian Kesehatan tentang pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, yang dikeluarkan untuk tiga provinsi terdampak," ujar Indri di Jakarta, Senin.

Namun, dia mengakui pelaksanaannya masih menghadapi kendala. Antara lain persediaan vaksin yang terbatas, fasilitas rantai dingin dan penyimpanan yang rusak, serta kurangnya tenaga vaksinator terlatih di lapangan.

Indri menekankan pentingnya imunisasi dari beberapa sudut pandang. Pertama adalah perlindungan individu. Vaksinasi membantu membentuk antibodi yang mencegah sakit parah, kecacatan, dan kematian.

“Dari perspektif yang lebih luas, ada dua aspek kunci. Yang pertama adalah pembentukan kekebalan kelompok atau herd immunity,” jelas Indri.

Dengan cakupan yang cukup, penularan patogen penyebab penyakit dapat ditekan. Bahkan jika terjadi infeksi, dampaknya berkurang karena sebagian besar orang sudah divaksin.

Imunisasi juga melindungi orang yang tinggal serumah dengan anak, tambahnya. Anak-anak bergantung pada orang tua dan anggota keluarga serta berbagi lingkungan yang sama, sehingga vaksinasi membantu melindungi seluruh rumah tangga.

“Kami punya program imunisasi kejar untuk kelompok usia yang tertinggal vaksin pada waktunya,” kata Indri.

Dia menegaskan tidak ada kata terlambat untuk imunisasi, dan mendorong orang tua memastikan anak mendapat semua vaksin yang diperlukan. Ini untuk memperkuat kekebalan kelompok dan mencegah wabah.

MEMBACA  BPJS Ketenagakerjaan Tetapkan Pramudya Iriawan Buntoro sebagai Direktur Utama Baru

Kewaspadaan di Aceh
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran penyakit menular di posko pengungsian korban banjir di beberapa kabupaten/kota yang terdampak bencana pada November 2025.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Ferdiyus, mengatakan di Banda Aceh, Jumat, bahwa pengungsi mulai menunjukkan gejala penyakit menular, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan diare.

“Kami khususnya mewaspadai campak, yang menjadi perhatian utama karena penularannya bisa memicu kejadian luar biasa (KLB),” ujarnya.

Untuk membatasi penyebaran, petugas kesehatan telah diperintahkan untuk mengisolasi pasien di tenda terpisah, memantau pengungsi secara ketat, dan memastikan infeksi tidak menyebar di dalam shelter.

Tinggalkan komentar