Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan dukungan terhadap kebijakan pro-petani untuk meningkatkan ketahanan pangan, termasuk penyesuaian harga gabah, akses pupuk lebih luas, dan penyediaan alat pertanian.
"Kebijakan ini mencerminkan komitmen nyata Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia," ujar menteri dalam pernyataan di Jakarta.
Ia menambahkan, pemerintah akan terus memperluas program dukungan pertanian sebagai bentuk dukungan terhadap sektor pangan dan petani lokal.
"Dengan inisiatif pro-petani ini, kami optimis Indonesia bisa mencapai swasembada pangan dan meningkatkan penghidupan petani. Hari Kemerdekaan ke-80 adalah momen tepat untuk lompatan besar menuju kedaulatan pangan," tegasnya.
Bagi banyak petani, makna kemerdekaan kini lebih terasa. Mereka tidak hanya terlindungi dari harga panen merugi, tapi juga mendapat akses lebih baik ke pupuk bersubsidi, alat pertanian, dan sistem irigasi yang mendongkrak produktivitas.
Jarwanto, petani dari Desa Manggis, Boyolali, Jawa Tengah, mengaku merasakan dampak positif kebijakan baru pemerintah.
Awal 2025, ia masih menjual gabah Rp6.000 per kilogram—di bawah harga patokan pemerintah (HPP). Ia ingat tahun-tahun sebelumnya saat harga pernah anjlok sampai Rp4.500/kg saat musim panen puncak.
Namun, situasi membaik setelah Presiden Prabowo mengeluarkan Inpres No. 6/2025 tentang pengadaan dan pengelolaan beras dan gabah domestik. Kebijakan ini membantu stabilisasi harga sekaligus menjamin ketersediaan beras di pasar.
"Sekarang, gabah basah dijual sekitar Rp7.500/kg. Ini jauh lebih menguntungkan petani. Saya sungguh merasakan komitmen Presiden Prabowo dan Menteri Amran untuk mendukung petani," kata Jarwanto.
Berita terkait: Indonesia kembali ekspor beras dan jagung setelah puluhan tahun: Prabowo
Stabilitas harga juga terjadi pada jagung. Jika sebelumnya harga standar Rp5.500/kg, kini naik jadi Rp5.800.
Jarwanto mengatakan kenaikan ini meningkatkan semangat petani dan mengembalikan optimisme mereka.
Selain harga komoditas lebih tinggi, ia juga memuji dukungan pemerintah lewat penyediaan pupuk bersubsidi dan mesin pertanian.
"Dulu, kami cuma bisa panen 5-6 ton per hektar. Sekarang, berkat pompa air, traktor, dan irigasi lebih baik, bisa capai 7 ton," tambahnya.
Kebijakan pro-petani juga berdampak di wilayah timur Indonesia.
Margo, petani di Kabupaten Merauke, Papua, mengelola 183 hektar sawah dan ladang jagung bersama kelompok tani. Mereka mendapat bantuan alat seperti traktor besar-kecil dan pompa air.
"Alat ini memudahkan kami mengelola lahan basah. Kami juga punya program pembibitan padi varietas Inpari 32 untuk kebutuhan kelompok. Rata-rata, kami panen 4-5 ton per hektar," ujar Margo.
Meski ada tantangan seperti hujan deras yang sering merobohkan tanaman, Margo tetap optimis. Ia mengapresiasi dukungan kuat pemerintah, terutama dalam pembiayaan dan percepatan jadwal tanam.
"Ke depan, kami harap pemerintah terus perkuat dukungan untuk jalan usaha tani dan irigasi. Itu yang paling kami butuhkan untuk maksimalkan hasil," imbuhnya.
Berita terkait: Petani muda kunci ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi RI: menteri
Penerjemah: Harianto, Azis Kurmala
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025