Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengidentifikasi empat faktor penting untuk mempercepat transformasi industri hijau Indonesia dan meningkatkan daya saing global produk dalam negeri.
Berbicara pada acara 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 hari Rabu, Kartasasmita menyebutkan pendorong pertama adalah meningkatnya permintaan global akan produk ramah lingkungan, di mana konsumen semakin menyukai barang yang menawarkan nilai keberlanjutan.
Yang kedua adalah pertumbuhan pembiayaan hijau, karena lembaga keuangan memprioritaskan proyek yang selaras dengan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
“Faktor ketiga adalah dukungan pemerintah melalui peta jalan dekarbonisasi, insentif fiskal, fasilitasi investasi, dan regulasi efisiensi sumber daya,” ujarnya.
Faktor keempat, tambahnya, adalah kebijakan perdagangan global seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) Uni Eropa, yang memberikan sanksi pada impor dengan jejak karbon tinggi.
Berita terkait: Indonesia mengejar industri lebih hijau dengan dukungan universitas
Kartasasmita mendesak industri Indonesia untuk memenuhi standar emisi rendah atau **beresiko** kehilangan daya saing di pasar ekspor.
Untuk mencapai target emisi nol-bersih (NZE) sektor industri pada 2050, pemerintah berfokus pada efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, dan teknologi rendah karbon.
Untuk emisi yang sulit dikurangi, Kartasasmita menunjuk solusi seperti Carbon Capture Utilization (CCU), dengan menyebut proyek percontohan yang sedang berjalan di PT Petrokimia Gresik.
Kementerian juga mengeksplorasi penangkapan karbon berbasis mikroalga, yang dapat menghasilkan biomassa, hidrogen hijau, dan bahan baku untuk kosmetik.
Berita terkait: Indonesia desak perusahaan semen untuk ekspor dan go green kurangi surplus
Penterjemah: Ahmad, Kenzu
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025