Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pariwisata mendorong semua pengelola destinasi wisata untuk bersiap terhadap potensi bencana, terutama yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.
“Kami meminta semua manajer destinasi wisata untuk mengantisipasi bencana potensial, khususnya dari cuaca ekstrim, lewat penilaian risiko yang terukur,” kata Wakil Menteri untuk Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto, saat dihubungi ANTARA pada Jumat.
Menurut dia, penilaian risiko adalah langkah dasar untuk mengidentifikasi berbagai ancaman potensial dan menyusun langkah mitigasi yang sesuai.
Dia juga mengingatkan pentingnya komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan untuk aktif melaksanakan mitigasi ini, di mana destinasi dapat berkolaborasi dengan polisi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan lembaga berwenang lainnya.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah, pihaknya juga akan menerbitkan Pedoman Teknis Pelaksanaan Manajemen Risiko untuk Destinasi Pariwisata.
Pedoman teknis ini akan menjadi acuan dan memandu pengelola destinasi dalam menerapkan seluruh proses manajemen risiko, mulai dari tahap penilaian risiko, seperti mengidentifikasi potensi bahaya dan menganalisis dampaknya, hingga merumuskan langkah-langkah mitigasi dan kegiatan pendukung yang diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons, jelasnya.
Kemudian, dia menyampaikan apresiasi kementerian terhadap tindakan cepat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, melalui Gubernur Bali, bersama pejabat pemerintah setempat, dalam menjalankan tanggap darurat banjir dan upaya mitigasi.
“Saar ini, semua layanan dan operasi terpadu terkait banjir sedang dilaksanakan melalui satu titik kontak oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali,” imbuhnya.
Selain itu, Kementerian Pariwisata memantau perkembangan banjir di beberapa daerah di Bali sejak Rabu (10 September), yang mengakibatkan kehilangan jiwa dan harta benda.
Bencana hidrometeorologi basah ini terjadi setelah Bali diguyur hujan deras lebih dari 24 jam mulai Selasa (9 September).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa curah hujan mencapai 385 milimeter, setara dengan akumulasi curah hujan penuh satu bulan.
Hingga Jumat pagi, BPBD mengumumkan jumlah korban jiwa akibat banjir telah mencapai 17 orang.