Jakarta (ANTARA) – Indonesia sedang mempercepat pengembangan jaringan PET/CT scan dan siklotron untuk mendukung pengobatan kanker.
“Target kami adalah untuk menginstal enam pemindai PET pada tahun 2024, sembilan pada tahun 2025, dan satu lagi pada tahun 2027. Hal ini akan memastikan bahwa semua pulau di Indonesia memiliki akses ke pemindaian PET,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Banten pada hari Kamis.
“Untuk mendukung hal ini, kami memerlukan jaringan siklotron yang mampu mendistribusikan radiofarmasi di seluruh negeri,” tambahnya.
Hingga bulan Agustus 2024, Indonesia memiliki tiga fasilitas siklotron, yang terletak di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, Rumah Sakit MRCCC Siloam, dan Rumah Sakit Gading Pluit.
“Alat ini mahal, dan tidak banyak rumah sakit yang memiliki, tetapi manfaatnya sangat besar. Dengan siklotron dan pemindaian PET/CT digital, kita dapat mendeteksi penyebaran sel tumor lebih akurat, memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan mereka di dalam negeri,” jelasnya.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diperoleh melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), jumlah kasus kanker baru di Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan sebanyak 408.661, dengan 242.988 kematian.
Sadikin mencatat bahwa angka ini diperkirakan akan terus meningkat kecuali upaya pencegahan yang signifikan dilakukan.
“Kematian akibat kanker dapat dicegah melalui skrining rutin, diagnosis dini, dan pengobatan berkualitas,” katanya.
Oleh karena itu, tambahnya, pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan jaringan layanan kanker dengan mendukung pengembangan terapi kanker berbasis teknologi, seperti radioterapi.
Ia juga menekankan bahwa rumah sakit pemerintah saja tidak cukup untuk melayani semua pasien di Indonesia, terutama kelas menengah atas yang membutuhkan pilihan layanan kesehatan premium.
Menteri tersebut menekankan peran penting rumah sakit swasta dalam mendukung layanan kesehatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada penyedia layanan kesehatan asing, yang potensial dapat menghemat ratusan triliun rupiah dalam devisa.
Ia mendorong rumah sakit swasta untuk mempercepat peningkatan kualitas layanan, termasuk dalam teknologi, fasilitas, dan tenaga medis.
“Kolaborasi lintas sektor sangat penting. Alat-alat canggih ini memerlukan dukungan penuh, termasuk dari BAPETEN untuk memastikan izin dan keamanan teknis mereka,” tambahnya, merujuk pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Berita terkait: Indonesia meluncurkan rencana nasional untuk pencegahan dan pengendalian kanker
Berita terkait: Rumah Sakit Universitas Airlangga bekerjasama dengan pusat kanker di Singapura
Penerjemah: Mecca Yumna Ning Prisie, Yashinta Difa
Editor: Tia Mutiasari
Hak Cipta © ANTARA 2024