Pemerintah mendorong praktik bisnis hijau dan etis.

The Environment and Forestry (LHK) Ministry telah meminta semua perusahaan untuk menjadikan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) sebagai strategi bisnis untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon.

“Hal ini seharusnya menjadi strategi bisnis untuk memenangkan kompetisi,” kata Wakil Menteri LHK Alue Dohong di sela-sela acara Penganugerahan Inovasi Sosial dan Lingkungan (ENSIA) 2024 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada hari Rabu (31 Juli).

Beliau berharap bahwa perusahaan tidak lagi memandang pengelolaan lingkungan dan masyarakat sebagai tugas sampingan, tetapi sebagai strategi utama dalam merespons persaingan nasional dan global.

Dengan demikian, katanya, perusahaan juga dapat langsung berkontribusi dalam membantu pemerintah mengurangi emisi karbon melalui inovasi lingkungan dan sosial.

Upaya untuk mengurangi emisi meliputi penghematan energi, penggunaan energi yang mengurangi emisi karbon dioksida (CO2), dan beralih ke energi terbarukan baru.

“Ini berarti bahwa jika program TJSL dilakukan dengan baik dalam pengelolaan lingkungan dan manajemen emisi, akan terjadi penurunan emisi yang signifikan,” kata Dohong.

Untuk memastikan program lingkungan dan sosial yang berkelanjutan, kementerian LHK mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Pemerintah memberikan penghargaan kepada perusahaan atas partisipasi aktif mereka dalam keberlanjutan lingkungan dan sosial melalui penghargaan PROPER.

Dalam penilaian PROPER terhadap 3.694 perusahaan pada tahun 2023, kementerian mencatat 1.193 inovasi ekologi dengan penghematan Rp158,53 triliun (sekitar US$9,7 miliar), peningkatan 23,6 persen dibandingkan tahun 2022.

Inovasi tersebut berasal dari efisiensi energi sebesar 554,8 juta gigajoule (GJ), dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 229,6 juta ton setara karbon dioksida (CO2e).

Selain itu, terdapat penurunan sebesar 15,8 juta ton dalam emisi konvensional, penurunan sebesar 55,4 juta ton dalam limbah B3, dan daur ulang (3R) sebesar 34,8 juta ton limbah non-B3.

MEMBACA  Malaysia Bergabung dengan BRICS, Apa Dampaknya terhadap Ekonomi?

Juga termasuk efisiensi air sebesar 437,32 juta meter kubik, penurunan beban polusi air sebesar 6,02 juta ton, dan upaya perlindungan keanekaragaman hayati di luas 308 ribu hektar.

Upaya pengelolaan lingkungan telah berkontribusi pada pembangunan masyarakat, dengan alokasi sebesar Rp1,56 triliun (sekitar US$95,8 juta) untuk program pemberdayaan masyarakat pada tahun 2023.

Selain itu, pada tahun 2023, terdapat 20.052 kegiatan yang ditujukan untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dengan total pencairan dana sebesar Rp57,28 triliun (sekitar US$3,5 miliar).

Berita terkait: Nol Sampah Nol Emisi 2050 untuk mengurangi emisi sampah: Menteri

Berita terkait: Indonesia melakukan tindakan tegas terhadap perusahaan pencemar di Jakarta Raya

Penerjemah: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna, Cindy Frishanti Octavi
Editor: Tia Mutiasari
Hak cipta © ANTARA 2024