Jayapura, Papua (ANTARA) – Pemerintah Papua telah mengaktifkan 250 titik layanan internet berbasis satelit di wilayah-wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) untuk meningkatkan akses digital dan mempercepat pembangunan daerah, kata Gubernur Mathius Fakhiri pada Jumat.
“Layanan satelit ini bertujuan memastikan kesetaraan akses konektivitas digital di semua wilayah,” ujar Fakhiri. Ia menyebut langkah ini strategis untuk meningkatkan penetrasi internet dan mendukung visi Papua Baru yang progresif dan harmonis.
Menurutnya, akses internet yang lebih luas akan memungkinkan masyarakat di daerah terpencil mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan yang lebih cepat dan efisien.
Kepala Komunikasi dan Informatika Papua, Jerry Yudianto, menjelaskan bahwa 250 titik baru ini merupakan fase kedua program, setelah 50 titik dibangun pada tahun 2024, sehingga total menjadi 300 titik.
“Program ini membantu akselerasi transformasi digital di Papua. Semua titik dipasang di lokasi dengan konektivitas terbatas—seperti sekolah, puskesmas, kantor distrik, dan tempat ibadah. Layanannya gratis untuk masyarakat,” jelas Yudianto.
Ia berharap jaringan ini dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif.
“Dengan konektivitas yang merata, pembangunan Papua bisa lebih maju dan inklusif,” tambahnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga mendorong penggunaan energi surya sebagai sumber listrik alternatif yang ramah lingkungan untuk mengoperasikan BTS di daerah terpencil Indonesia.
Meskipun panel surya menghasilkan energi lebih sedikit daripada generator konvensional, namun berhasil menghidupkan BTS untuk menghubungkan instansi publik penting ke internet.
“Transformasi digital tidak mungkin terjadi tanpa konektivitas yang andal,” tegas Menteri Kominfo Meutya Hafid.
“Visi Presiden Prabowo Subianto menekankan layanan publik digital, dan kita harus memastikan konektivitas sampai ke daerah terpencil dan perbatasan,” pungkasnya.
Berita terkait: [Tautan berita 1]
Berita terkait: [Tautan berita 2]
*Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025*