Pemerintah dan WHO Tunjuk Pusat Kolaborasi untuk Pendidikan Kebidanan

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Jejaring Politeknik Kesehatan (Poltekkes) sebagai Pusat Kolaborasi WHO untuk Pendidikan dan Pengembangan Kebidanan dan Keperawatan guna meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi perkembangan ini pada Kamis, menyatakan bahwa penetapan ini mencerminkan kepemimpinan Indonesia dalam pengembangan tenaga kerja, serta perannya yang semakin menonjol dalam kolaborasi regional, termasuk di negara-negara Kepulauan Pasifik.

“Indonesia bangga karena Poltekkes ditetapkan sebagai Pusat Kolaborasi WHO—sebuah pengakuan atas komitmen kami dalam memajukan pendidikan kebidanan dan keperawatan,” ujar Sadikin.

Pusat ini, menurutnya, akan fokus pada dua hal. Pertama, mendukung WHO dalam menyelenggarakan program pelatihan instruktur klinis terakreditasi untuk perawat dan bidan guna meningkatkan kualitas dan konsistensi pendidikan prajabatan.

Kedua, membantu WHO dalam memajukan pengembangan kepemimpinan bidan dengan fokus pada pendidikan, kebijakan, dan kualitas layanan, tambahnya.

Dengan 38 kampus di 33 provinsi, Poltekkes memainkan peran sentral dalam menghasilkan tenaga kesehatan Indonesia, terutama perawat, bidan, dan tenaga medis yang bertugas di pusat layanan kesehatan dasar di seluruh negeri, kata Sadikin.

Kolaborasi ini menandai babak baru dalam kemitraan Indonesia dengan WHO, dan mencerminkan ambisi bangsa untuk memperkuat sistem kesehatan dengan dukungan tenaga kesehatan yang terampil dan berdaya.

Sejalan dengan Sadikin, Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Dr. Saia Ma’u Piukala, menyebut pemilihan Poltekkes sebagai momen penting bagi Indonesia dan kawasan Pasifik Barat.

“Dengan peran baru Indonesia di Pasifik Barat, Poltekkes menunjukkan bagaimana pengalaman nasional dapat memperkuat kapasitas regional dan memajukan pendidikan kebidanan dan keperawatan untuk kepentingan bersama,” ujarnya.

“Inilah yang kami maksud ketika berbicara tentang menenun kesehatan untuk keluarga, komunitas, dan masyarakat,” tambahnya.

MEMBACA  Menjaga harapan di tengah gelombang PHK yang mengancam

Dia menginformasikan bahwa sejak 2022, WHO dan Poltekkes telah mengembangkan 50 modul kelas internasional, melatih 50 dosen di 24 kampus, serta memberikan pembinaan intensif untuk meningkatkan kualitas pengajaran di kampus percontohan di Medan, Yogyakarta, Surabaya, dan Pontianak.

Selain itu, inisiatif ini membantu Indonesia mempertahankan kepadatan tenaga kesehatan terampil di atas ambang batas minimum WHO yaitu 44,5 dokter, perawat, dan bidan per 10 ribu penduduk, sambil meningkatkan kompetensi dan pelatihan tenaga kerja, paparnya.

Kegiatan perdana di bawah Pusat Kolaborasi WHO baru—Program Kepemimpinan Bidan—resmi dibuka pekan ini di Jakarta. Acara ini menghimpun 20 anggota fakultas kebidanan dari Poltekkes untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan dalam kesehatan ibu dan bayi.

Sejak 2000, Piukala mengatakan, Indonesia telah menurunkan angka kematian ibu dari 311 menjadi 140 per 100 ribu kelahiran hidup, serta kematian balita dari 52 menjadi 21 per seribu kelahiran hidup, memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 2030 untuk kematian balita dan mencapai ambang batas atas untuk kematian ibu.

“Namun, penurunan lebih lanjut diperlukan untuk memenuhi target kesehatan ibu sepenuhnya, yang memerlukan penurunan dua pertiga dari tingkat 2010,” tegasnya.

Reporter: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025