Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sudah mengeluarkan arahan ke pemerintah daerah untuk memprioritaskan penanganan tuberkulosis (TB) di wilayah masing-masing.
Berdasarkan data dari Laporan Tuberkulosis Global 2024, Indonesia ada di peringkat kedua tertinggi untuk jumlah kasus dan kematian akibat TB. Kondisi ini mengkhawatirkan, katanya, sehingga butuh perhatian semua pihak.
“Tolong, data ini harus jadi tanda bahwa eliminasi TB perlu jadi perhatian dan prioritas semua orang, dari semua daerah,” ujar menteri dalam rapat koordinasi eliminasi TB di Jakarta, Senin.
Presiden Prabowo Subianto juga menyatakan keprihatinannya atas situasi ini, sampai-sampai beliau menugaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, untuk memimpin koordinasi menangani masalah ini, jelas Karnavian.
Partisipasi aktif pemerintah daerah dapat mendorong upaya penanganan TB yang lebih baik, ujarnya. Menteri ini yakin, karena sudah terbukti saat pandemi COVID-19 bahwa kolaborasi lintas sektor berhasil mengendalikan situasi.
“Masalah TB ini, kuncinya satu, para pemimpin daerah harus serius, jadikan ini prioritas,” tegasnya.
Dia mendorong pemerintah daerah untuk membentuk unit eliminasi TB di setiap kabupaten, kota, dan provinsi. Unit-unit ini harus melakukan analisis dan evaluasi secara berkala agar situasi bisa terkendali.
Selain itu, dia juga sudah memberikan arahan kepada Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri Safrizal Zakaria Ali dan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Murti Utami untuk memimpin aspek teknis eliminasi TB.
Pedoman yang disusun Kemendagri dan Kemenkes akan memuat informasi dan langkah-langkah yang akan diambil untuk memberantas penyakit menular ini, katanya.
“Seperti mengendalikan inflasi. Daerah mana yang kasusnya tinggi, rendah, tindakan yang diambil, apakah skrining sudah dilakukan atau belum, dan daerah mana yang paling banyak melakukan skrining,” ujarnya.
Daerah dengan cakupan dan tingkat penanganan TB terbaik akan mendapat penghargaan. Kemajuan eliminasi TB juga akan dilaporkan kepada masyarakat.
Pada Jumat, Kemenkes mengonfirmasi telah mengidentifikasi sekitar 600.000 kasus TB per akhir September 2025. Angka ini mewakili 55 persen dari target 1.090.000 kasus yang ditetapkan untuk tahun 2025.
Kemenkes menargetkan untuk mengidentifikasi sekitar 981 ribu kasus pada akhir 2025, misalnya melalui skrining dan penemuan kasus aktif.
Selain itu, mereka juga melakukan upaya lain untuk memberantas penyakit ini, seperti mendirikan Layanan Satu Atap untuk memastikan pengobatan segera setelah seseorang teridentifikasi TB, desa siap tangani TB, dan pemantauan mingguan penanganan TB bersama pemangku kepentingan.