Pemerintah Akan Tinjau Penggunaan GLP-1 untuk Obesitas Setelah Rekomendasi WHO

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan menyatakan akan menilai penggunaan dan cakupan pendanaan oleh penyedia asuransi kesehatan nasional, BPJS Kesehatan, untuk terapi Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1) dalam penanganan obesitas. Hal ini menyusul rekomendasi terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengonfirmasi pada Jumat lalu bahwa saat ini sedang dilakukan pembaruan Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan (PNPK) obesitas. Ini menyusul temuan dari Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menunjukkan obesitas masuk lima besar masalah kesehatan yang banyak ditemui pada usia dewasa dan lansia.

"Termasuk di dalamnya prosedur pengobatan, karena selama ini pengobatan diberikan untuk mereka yang mengalami obesitas dengan gejala penyakit lain, seperti penyakit jantung dan masalah mobilitas," jelasnya.

Dia menyatakan, kementerian akan melibatkan pakar kesehatan dalam penilaian untuk mempertimbangkan masukan mereka mengenai penggunaan obat tersebut untuk terapi obesitas.

Soal cakupan oleh BPJS Kesehatan, Tarmizi mengatakan akan ada Penilaian Teknologi Kesehatan (HTA), serta menilai ketersediaan dan penyediaan obatnya di Indonesia.

Baru-baru ini, WHO mengeluarkan panduan global tentang penggunaan obat GLP-1 untuk menangani obesitas sebagai penyakit kronis yang dapat kambuh.

Panduan ini dikembangkan WHO sebagai tanggapan atas permintaan negara-negara anggotanya yang ingin mengatasi tantangan obesitas. Panduan ini menekankan pentingnya akses yang adil ke terapi GLP-1 dan kesiapan sistem kesehatan dalam penggunaan obat-obatan ini.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan obesitas mempengaruhi orang di setiap negara dan dikaitkan dengan 3,7 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2024. Tanpa tindakan tegas, jumlah penderita obesitas diproyeksikan akan berlipat ganda pada 2030.

Dia mencatat, pada September 2025, WHO menambahkan terapi GLP-1 ke Daftar Obat Esensial untuk manajemen diabetes tipe 2 pada kelompok berisiko tinggi.

MEMBACA  Penerbitan Saham Perdana BUMN Terhenti, Ini Penjelasan OJK

Dengan panduan baru ini, WHO mengeluarkan rekomendasi bersyarat untuk menggunakan terapi ini guna mendukung penderita obesitas mengatasi tantangan kesehatan serius ini. Hal ini sebagai bagian dari pendekatan komprehensif yang mencakup diet sehat, aktivitas fisik teratur, dan dukungan dari tenaga kesehatan.

"Obesitas adalah tantangan kesehatan global utama yang berkomitmen WHO untuk diatasi dengan mendukung negara dan masyarakat di seluruh dunia mengendalikannya secara efektif dan adil. Panduan baru kami mengakui bahwa obesitas adalah penyakit kronis yang dapat diobati dengan perawatan komprehensif dan seumur hidup," kata Ghebreyesus.

Panduan baru WHO berisi dua rekomendasi bersyarat kunci. Pertama, terapi GLP-1 dapat digunakan oleh orang dewasa (kecuali ibu hamil) untuk pengobatan obesitas jangka panjang.

"Meski kemanjuran terapi ini dalam mengobati obesitas dan memperbaiki hasil metabolik serta lainnya sudah jelas, rekomendasinya bersyarat karena data terbatas tentang keamanan dan kemanjuran jangka panjang, pemeliharaan dan penghentian, biayanya saat ini, kesiapan sistem kesehatan yang belum memadai, serta implikasi potensial terhadap kesetaraan," ujarnya.

Dia juga menyatakan bahwa intervensi perilaku intensif, termasuk intervensi terstruktur terkait diet sehat dan aktivitas fisik, dapat ditawarkan kepada orang dewasa dengan obesitas yang diresepkan terapi GLP-1.

"Ini berdasarkan bukti kepastian rendah yang menunjukkan hal itu dapat meningkatkan hasil pengobatan," tambahnya.

Dia memperingatkan, meski terapi GLP-1 mewakili opsi pengobatan pertama yang efektif untuk obesitas pada dewasa, panduan WHO menekankan bahwa obat saja tidak akan menyelesaikan masalah.

Menurutnya, mengatasi obesitas membutuhkan reorientasi mendasar dari pendekatan saat ini ke strategi komprehensif yang dibangun dengan tiga pilar. Yaitu menciptakan lingkungan lebih sehat melalui kebijakan tingkat populasi yang kuat untuk promosi kesehatan dan pencegahan obesitas.

MEMBACA  Protesor berencana untuk menggugat UB menyusul penangkapan dalam demonstrasi pro-Palestina

"Melindungi individu berisiko tinggi terkena obesitas dan komorbiditas terkait melalui skrining tertarget dan intervensi dini terstruktur; serta memastikan akses ke perawatan seumur hidup yang berpusat pada orang," imbuhnya.

Berita terkait: Pemerintah batasi iklan makanan-minuman tinggi gula cegah obesitas anak

Berita terkait: Separuh perempuan Indonesia alami obesitas sentral: Kemenkes

Berita terkait: Lebih dari 8 juta warga Indonesia terima pemeriksaan kesehatan gratis: Menkes

Reporter: Mecca Yumna Ning Prisie

Editor: Azis Kurmala

Hak Cipta © ANTARA 2025