Sabtu, 11 Oktober 2025 – 16:20 WIB
Gaza – Pertukaran tahanan dengan Israel berdasarkan kesepatan gencatan senjata di Gaza kemungkinan mulai dilakukan pada Senin 13 Oktober, kata Mousa Abou Marzouq, seorang pejabat dari kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Baca Juga:
Trump Yakin Gencatan Senjata di Gaza Bertahan Lama: Semua Sudah Capek Perang
“Pertukaran tahanan mungkin dimulai pada Senin,” ujar Mousa Abou Marzouq dalam sebuah wawancara televisi pada Jumat, 10 Oktober 2025.
Ia menegaskan bahwa Hamas tidak berniat menjadikan proses penyerahan tahanan sebagai ajang militerisasi atau perayaan publik.
Baca Juga:
Pesawat Smart Air Tergelincir saat Mendarat di Lapangan Terbang Tiom Lanny Jaya
Fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada Jumat pukul 12:00 waktu setempat (16:00 WIB).
VIVA Militer: Warga Israel yang disandera kelompok Hamas Palestina
Foto: The New York Times/Saher Alghorra
Baca Juga:
Pasukan Hamas Berjaga di Jalur Gaza Usai Gencatan Senjata Diberlakukan
Menurut dokumen kesepakatan yang disiarkan stasiun TV KAN, Hamas akan membebaskan para sandera Israel yang masih hidup dalam waktu 72 jam setelah Israel meratifikasi kesepakatan itu.
Dokumen itu juga menyebutkan bahwa Hamas akan memberikan semua informasi yang mereka miliki tentang sandera Israel yang tewas kepada mekanisme bersama yang akan melibatkan Turki, Qatar, Mesir, dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Israel memperkirakan 48 warga mereka yang disandera masih berada di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup.
Di sisi lain, lebih dari 11.100 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dan mengalami penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Banyak di antara mereka telah meninggal, menurut laporan media dan organisasi hak asasi manusia Palestina dan Israel.
Abou Marzouq juga mengatakan bahwa Hamas memiliki posisi tawar yang signifikan dalam perundingan.
Dia mengatakan bahwa isu tahanan menjadi alasan yang kerap dipakai pemimpin Israel Benjamin Netanyahu “untuk membenarkan kelanjutan perang di Gaza.”
Pejabat Hamas itu mengatakan kelompoknya sedang bekerja sama dengan para mediator untuk mengatasi hambatan dan memastikan pembebasan para pemimpin Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Dia juga mengatakan bahwa tentara Israel telah mundur hingga ke "garis kuning", tetapi masih menguasai 53 persen wilayah Jalur Gaza.
Garis penarikan pasukan yang ditetapkan oleh Israel, kata dia, "tidak akurat dan digambar secara sewenang-wenang."
"Hamas tidak akan menerima keberadaan Israel di wilayah yang saat ini mereka kuasai," kata Abou Marzouq.