Pawai Bendera Warisan menunjukkan persatuan nasional, gotong royong

Jakarta (ANTARA) – Parade Bendera Merah Putih Warisan dan Teks Proklamasi Kemerdekaan, yang melibatkan semua elemen masyarakat, merupakan tonggak sejarah, dan mencerminkan persatuan dan gotong royong Indonesia, Direktur Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan.

“Yang menarik dari parade ini adalah rutenya. Biasanya, rutenya hanya dari Monas ke Istana Merdeka, tetapi kali ini, kami menciptakan sejarah dengan melakukan parade ini dari Monas ke IKN Nusantara,” ujar Permana.

Pertama kalinya dalam sejarah, salinan bendera warisan dan salinan naskah teks proklamasi diparadekan dari Monumen Nasional (Monas) di Jakarta ke Kota Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur pada hari Sabtu.

Parade itu merupakan bagian dari perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79.

Dimulai dengan penyerahan dua salinan warisan di Ruang Kemerdekaan Monas kepada Tim Paskibraka 2023 yang telah pensiun.

Kachina Ozora dari Kalimantan Tengah bertugas sebagai pembawa bendera dan Keyla Azzahra Purnama dari Sumatera Selatan sebagai pembawa teks proklamasi.

Acara melibatkan 180 pemuda dari Abang-None Jakarta, atau duta pariwisata kota, 122 anggota Paskibraka yang telah pensiun dari Jakarta, dan mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan politeknik negeri.

Seni dan kreativitas lokal lebih menghidupkan acara tersebut, menciptakan nuansa budaya yang kuat sepanjang parade.

Parade melintasi beberapa titik ikonik di Jakarta, dari Patung Kuda, Bundaran Hotel Indonesia, Semanggi, hingga Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.

Setelah tiba di Bandara Balikpapan di Kalimantan Timur, rombongan yang membawa bendera dan proklamasi disambut oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Parade tersebut bukan hanya sekadar prosesi simbolis tetapi juga cermin dari semangat nasional.

Melalui parade ini, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk maju sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai nasional.

MEMBACA  Presiden Senegal Membatalkan Pemilihan Nasional. Para Kritikusnya Menyebutnya Sebagai Kudeta.

Berita terkait: Peserta prosesi pengangkutan Bendera Warisan merasakan kebanggaan

Berita terkait: Bendera Warisan dan Teks Proklamasi tinggalkan Jakarta menuju Nusantara

Penerjemah: Benardy F, Kenzu
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2024