Jakarta (ANTARA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa tarif impor 32% Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk Indonesia diperkirakan tidak akan berdampak besar pada pasar modal negara ini.
“Kami sudah melakukan survei (mengenai dampak tarif timbal balik terhadap pasar saham); (ternyata, tidak ada) dampak yang signifikan,” kata direktur penilaian perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, di sini pada Selasa.
Dia menjelaskan bahwa hasil survei menunjukkan kebijakan ini kemungkinan tidak akan membebani dinamika pasar, terutama karena efek tarif akan bergantung pada seberapa besar kontribusi perusahaan tercatat terhadap ekspor produk tertentu yang terkena kebijakan ini.
“Menurut survei kami, dampak terhadap tarif tidak terlalu besar karena tergantung pada kontribusi perusahaan tercatat kita terhadap produk atau barang yang terkena tarif,” ujar Yetna.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO), Hasan Nasbi, mengatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, berangkat ke Washington, D.C., Amerika Serikat, pada Selasa untuk melanjutkan negosiasi mengenai tarif timbal balik.
“Saya menghubunginya (Hartarto) tadi, dan dia bilang sedang dalam perjalanan dari Rio de Janeiro ke Washington, D.C.,” katanya di sini pada Selasa.
Sementara itu, tim negosiasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berada di Washington untuk mempersiapkan perundingan.
Presiden Trump memutuskan untuk mempertahankan tarif impor 32% terhadap barang Indonesia, yang pertama kali diumumkan pada April, meskipun pembicaraan antara kedua negara masih berlangsung.
Pada Senin, Presiden Trump mengirim surat kepada pemimpin Indonesia, Bangladesh, Kamboja, dan Thailand, secara resmi memberitahukan mereka tentang tarif tersebut.
Surat itu menegaskan bahwa, mulai 1 Agustus, Amerika Serikat akan mengenakan tarif 32% pada barang Indonesia.
Berita terkait: Indonesia tetap tawarkan energi dalam negosiasi tarif 32% dengan AS
Berita terkait: Ekonomi Indonesia berisiko karena tarif AS, politisi memperingatkan
Berita terkait: Indonesia dorong perundingan dagang setelah AS pertahankan tarif 32%
Reporter: Muhammad Heriyanto, Uyu Liman
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025