Olimpiade: Perasaan campuran bagi Gregoria Indonesia setelah memenangkan medali perunggu

Jakarta (ANTARA) – Pebulutangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung mengatakan bahwa dia tidak tahu harus merasa bagaimana setelah memenangkan medali perunggu di Olimpiade Paris, setelah Carolina Marin dari Spanyol memutuskan untuk menarik diri karena cedera.

Pada hari Minggu, Gregoria dikalahkan oleh An Se-young dari Korea Selatan di babak semifinal. Dia seharusnya bertarung dengan semifinalis lainnya, entah Carolina Marin atau He Bingjiao dari China.

Carolina, yang menarik diri dari kompetisi, membuat Gregoria mendapatkan medali perunggu tanpa bermain.

“Ini membingungkan. Sangat salah jika saya merasa bahagia atas penderitaan orang lain,” kata Gregoria. “Ini adalah kejadian yang tidak menguntungkan bagi Marin, tetapi saya tidak tahu bagaimana merespons, seolah-olah saya tidak ingin ini terjadi.”

“Sejujurnya, saya bersyukur atas medali ini, tetapi saya tidak benar-benar bahagia,” tambahnya.

Medali perunggu Gregoria adalah medali pertama Indonesia di Olimpiade Paris 2024 dan juga medali pertama untuk tunggal putri negara ini setelah Maria Kristin meraih medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008.

Pelatihnya, Herli Djaenudin, mengatakan bahwa sudah lama sejak tunggal putri bulutangkis Indonesia meraih medali.

Ketua Komite Olimpiade Nasional Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari, mengatakan bahwa medali Gregoria bukan semata-mata diberikan padanya tetapi karena perjuangannya.

Berita terkait: Gregoria Indonesia gagal melaju ke final bulutangkis Olimpiade

Berita terkait: Olimpiade: Gimnastik Indonesia Rifda menantang cedera di Paris

Penerjemah: Zaro S, Kenzu
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024

MEMBACA  Saham Amylyx turun setelah kegagalan uji coba ALS Fase 3 oleh Investing.com