Di luar negeri, laporan biasanya dibuat dalam waktu 10 menit. Di sini, rata-ratanya 12 jam. Keterlambatan itu sangat mempengaruhi apakah dana dapat dilacak,” kata Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong masyarakat untuk melaporkan penipuan keuangan ke Pusat Anti Penipuan Indonesia (IASC) dalam waktu 10 menit setelah kejadian untuk meningkatkan peluang pengembalian dana.
Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif OJK, mengatakan tenggat waktu ini sesuai dengan praktik terbaik global.
Dia menyatakan keprihatinan bahwa banyak korban di Indonesia melaporkan penipuan hanya berjam-jam atau bahkan berhari-hari kemudian. Penundaan ini membuat pelacakan dana lebih sulit, karena para penipu sering memindahkan uang melalui banyak akun bank, dompet digital, marketplace, dan bahkan platform kripto.
Data dari IASC menunjukkan 299.237 laporan penipuan diterima antara 22 November 2024 dan 16 Oktober 2025, dengan total kerugian mencapai Rp7 triliun atau sekitar US$421,7 juta. Dari 487.378 akun yang dilaporkan, hanya 94.344 yang berhasil diblokir, mengamankan Rp376,8 miliar.
Dewi menjelaskan bahwa sebagian besar penipuan melibatkan transaksi belanja online, dengan perempuan sebagai korban paling sering. Penipuan lain yang umum termasuk panggilan palsu, penawaran pekerjaan palsu, skema investasi, dan penipuan media sosial.
Dia juga memperingatkan perempuan untuk menghindari gaya hidup yang didorong utang karena pengaruh YOLO, FOMO, dan FOPO, dan sebaliknya menekankan pentingnya literasi keuangan.
OJK memprioritaskan inklusi keuangan untuk perempuan, anak-anak, pelajar, dan penyandang disabilitas, bertujuan untuk memberdayakan masyarakat membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas.
Dia mengingatkan masyarakat untuk mengikuti aturan “2L” — legal dan logis — dalam menghindari penipuan keuangan, dan memverifikasi penawaran melalui hotline OJK 157 gratis 24/7 atau laporkan penipuan melalui iasc.ojk.go.id.