Jakarta (ANTARA) – Industri Nikel berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan beroperasi, menurut manajer keberlanjutan perusahaan, Muchtazar.
“Dalam hal iklim dan transisi energi bersih, kami dengan bangga mengambil peran kepemimpinan dalam mengurangi jejak karbon kami dan mendukung keberlanjutan lingkungan dan masyarakat di mana kami beroperasi,” ujarnya dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada hari Rabu.
Industri Nikel telah berkomitmen untuk mengurangi intensitas karbon sebesar 50 persen pada tahun 2035 dan emisi nol pada tahun 2050, yang pertama kali diumumkan pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP28) di Dubai tahun lalu, katanya.
Selama KTT Khusus ASEAN-Australia 2024, ia menginformasikan bahwa Industri Nikel terus menjalin kemitraan yang kuat lintas batas untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan.
Ia mengatakan bahwa Industri Nikel adalah perusahaan publik Australia, yang memiliki portofolio aset pertambangan dan pengolahan nikel hilir biaya rendah di Indonesia, anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Perusahaan ini memiliki sejarah panjang di Indonesia, dengan kepentingan pengendali dalam Tambang Hengjaya kelas dunia serta empat proyek rotary kiln electric furnace (RKEF) yang menghasilkan nikel matte untuk rantai pasokan kendaraan listrik (EV) dan nikel pig iron (NPI) untuk industri baja tahan karat.
Setelah memperkuat diri sebagai produsen NPI yang signifikan secara global, perusahaan kini dengan cepat beralih produksinya untuk fokus pada rantai pasokan baterai EV.
Baru-baru ini, katanya, perusahaan telah mengkonversi sebagian produksi yang ada dari NPI ke nikel matte dan juga mengakuisisi 10 persen kepentingan dalam proyek Huayou Nickel Cobalt (HNC) HPAL, menambahkan mixed hydroxide precipitate (MHP) ke portofolio produknya.
Industri Nikel kini melangkah ke langkah transformatif selanjutnya, mengumumkan keputusan investasi final positif untuk berinvestasi di Proyek HPAL Generasi Berikutnya Excelsior Nickel Cobalt (ENC), yang mampu menghasilkan MHP, nikel sulfat, dan nikel katoda, ungkapnya.
ENC akan memproduksi sekitar 72 ribu ton logam nikel per tahun, mendiversifikasi produksi dan mengurangi profil emisi karbonnya – mencerminkan komitmen kuat perusahaan terhadap operasi yang berkelanjutan.
Ia mengatakan bahwa operasi Industri Nikel menunjukkan bagaimana Australia dan ASEAN dapat bekerja sama untuk mencapai manfaat bersama dalam bidang perdagangan, investasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Industri Nikel merupakan bukti kekuatan kerja sama Australia-ASEAN, mewujudkan prinsip kemitraan, inovasi, dan pembangunan berkelanjutan, tambahnya.
Melalui visi strategis dan komitmen terhadap nilai bersama, perusahaan membuka jalan bagi masa depan kolaborasi dan kemakmuran yang lebih cerah di wilayah Asia-Pasifik dan di luar wilayah tersebut.
Operasi Industri Nikel mencerminkan visi dan kepentingan bersama Australia dan ASEAN, serta komitmennya terhadap stabilitas, kemakmuran, dan keberlanjutan regional. Prestasi perusahaan juga dapat menginspirasi lebih banyak peluang kolaborasi dan inovasi antara Australia dan ASEAN di masa depan, katanya.
Berita terkait: Mobil listrik adalah masa depan industri otomotif Indonesia: Jokowi
Berita terkait: Industri Nikel mengumumkan beasiswa untuk siswa Morowali
Reporter: Azis Kurmala
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2024