Jakarta (ANTARA) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mempercepat pencarian, evakuasi, dan tanggap darurat menanggapi tanah longsor di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) ini berlangsung di Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat, pada hari Minggu (16 November).
“Operasi ini dilakukan secara intensif, menggunakan pesawat yang berangkat dari Bandung untuk menargetkan wilayah-wilayah yang berpotensi meningkatkan curah hujan di lokasi terdampak,” jelasnya dalam sebuah pernyataan.
Dia menerangkan bahwa tiga sorti penerbangan telah dilaksanakan pada hari Minggu, dengan total bahan semai untuk OMC sebanyak 3.000 kilogram.
Muhari menyatakan operasi ini dijalankan atas perintah Kepala BNPB Suharyanto, sebagai wujud perhatian pemerintah pusat terhadap mitigasi bencana jangka pendek, sesuai perintah langsung Presiden Prabowo Subianto.
Dia menekankan bahwa operasi di lapangan secara terus-menerus sangat penting untuk memastikan kondisi cuaca tetap stabil, sehingga mendukung aksi evakuasi dan darurat yang aman dan efisien.
Selain itu, BNPB terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan semua operasi berjalan lancar, sesuai rencana, dan mempercepat penanganan bencana di wilayah terdampak.
Pada Minggu malam, Kepala Kantor SAR/Basarnas Cilacap, Muhammad Abdullah, menyampaikan bahwa korban jiwa dari tanah longsor di Cilacap telah bertambah menjadi 13 orang, dengan ditemukannya jenazah Diah Ramadani (17).
“Total korban meninggal yang berhasil ditemukan hingga hari keempat operasi pencarian adalah 13 orang, dengan 10 orang masih dinyatakan hilang,” tuturnya.
Tanah longsor terjadi pada Kamis (13 November) sekitar pukul 19.00 waktu setempat, menerjang beberapa rumah di Dusun Tarukahan dan Cibuyut, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap.
Bencana ini merusak 12 rumah dan mengancam 16 rumah lainnya di area seluas kira-kira 6,5 hektar. Kejadian ini mengubur permukiman penduduk serta menyebabkan amblesan sedalam 2 meter dan retakan sepanjang 25 meter.