Sabtu, 25 Mei 2024 – 12:07 WIB
Perjuangan penjual krupuk asal Probolinggo untuk bisa menjalankan rukun Islam kelima. Foto: PPIH Embarkasi Surabaya
jatim.jpnn.com, SURABAYA – Ungkapan “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” sangat cocok untuk menggambarkan perjuangan yang dilakukan oleh penjual kerupuk asal Probolinggo, Nur Hasanah (49).
Nur Hasanah merupakan seorang jemaah calon haji (JCH) yang tergabung dalam Kloter 43. Selama bertahun-tahun, dia menyisihkan pendapatannya sebesar Rp5.000 hingga Rp10.000 setiap hari.
Meskipun mengalami cedera di kaki akibat syaraf terjepit, tetapi semangat Nur Hasanah untuk melihat Ka’bah tidak pernah pudar.
“Saya bisa berjalan pelan dan agak pincang, dokter menyarankan untuk operasi tetapi saya menolak karena ingin berangkat haji. Setelah pulang nanti, saya akan berkonsultasi lagi,” ujar Nur Hasanah pada Jumat (24/5).
Setiap hari, ibu tiga anak ini berjualan kerupuk di Pasar Wonoasih Probolinggo mulai dari jam 03.00 hingga 09.30 WIB. Namun, jika sepi pembeli, dia bisa pulang lebih awal, sekitar pukul 09.00 WIB.
“Dulu saya menggoreng dan mengemas kerupuk sendiri. Alhamdulillah, sekarang saya bisa mempekerjakan orang untuk membantu produksi. Bahan baku kerupuk saya ambil dari Sidoarjo,” katanya.
Nur Hasanah tidak pernah menyangka bahwa suatu hari nanti dia akan mendapatkan panggilan untuk menunaikan ibadah haji. Dia merasa bersyukur karena mendapat dukungan dari suaminya, Kholili, yang merupakan seorang petani.
“Saat ini suami saya sudah tidak bekerja lagi karena sakit stroke. Sudah tiga tahun ini suami saya mengalami stroke. Meskipun harus dituntun saat berjalan, kami sudah siap secara lahir dan batin untuk berangkat haji,” ungkapnya.
Cerita penjual kerupuk asal Probolinggo yang berhasil menunaikan ibadah haji meskipun hanya menyisihkan Rp5-10 ribu per hari.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News