Rabu, 25 Juni 2025 – 15:50 WIB
Jakarta, VIVA – Penulis buku satu juta dolar sekaligus motivator, Merry Riana, akan membawa bisnis pertamanya ke Bursa Efek Indonesia yang rencananya diluncurkan pertengahan Juli 2025. Keputusan ini bukan cuma langkah bisnis, tapi bagian dari mimpi besar Merry Riana untuk memperluas dampak positif pendidikan di Indonesia.
Baca Juga:
Danantara Suntik Modal Rp 6,6 Triliun ke Garuda Indonesia dan Citilink, Dipakai Buat Ini
Merry Riana Education (MRE) milik Merry sudah tumbuh organik dan konsisten selama 10 tahun. Merry bilang, bisnis ini untung sejak awal dan kini siap melakukan penawaran perdana (IPO) di BEI.
Program pertamanya di 2015 adalah Public Speaking Camp di Puri Indah, yang jadi awal berkembang pesat. Kesuksesan ini bikin Merry dan suaminya buka program serupa di tahun-tahun berikutnya.
Baca Juga:
Astra Raih Penghargaan ke-8 HR Asia Best Companies To Work For In Asia 2025
“Kami untung dari awal. IPO ini bukan awal, tapi akselerasi untuk menjangkau lebih banyak orang,” kata Merry Riana di program Income VIVA, Rabu, 25 Juni 2025.
Baca Juga:
Bakal Wakili Indonesia di Korea, Perusahaan Besutan Anak SMA-SMK Raih Omzet Setengah Miliar
Sekarang, MRE punya 34 cabang di seluruh Indonesia, dari Jayapura sampai Aceh. Total siswa yang pernah gabung hingga akhir 2024 lebih dari 47.000.
Salah satu keunggulan MRE adalah metode experiential learning yang fokus pada pengalaman langsung, simulasi, dan refleksi. Anak-anak diajak belajar lewat permainan supaya paham nilai-nilai seperti manajemen waktu, kepemimpinan, dan karakter dengan cara seru.
“Unique selling point kami bukan pelajarannya, tapi metodenya. Anak-anak belajar lewat pengalaman. Mereka main, sadar maknanya, lalu refleksikan. Proses ini bikin belajar lebih menyenangkan dan bermakna,” jelas Merry.
MRE juga berkomitmen pada aksesibilitas. Dengan biaya sekitar Rp500 ribuan per bulan, program MRE lebih terjangkau dibanding banyak lembaga pendidikan lain.
“Kami ingin semua keluarga, dari berbagai latar ekonomi, bisa dapat akses pendidikan berkualitas,” tambah Merry.
MRE juga tangguh saat pandemi COVID-19. Alih-alih tutup cabang atau PHK, mereka justru luncurkan program digital learning dan terus buka cabang baru setelah PSBB berakhir.
“Saya yakin pandemi sementara, tapi keputusan kita akan jadi warisan. Jadi kami tetap jalan,” ujar Merry.
Merry, yang sukses capai financial freedom di usia 26 tahun, bilang IPO ini bukan jalan untuk keluar dari MRE, tapi bentuk komitmen jangka panjang.
“Saya taruh nama saya di perusahaan ini. Ini bukan cuma tanggung jawab finansial, tapi juga moral,” tegasnya.
Ke depan, MRE targetkan punya 115 cabang dalam 5 tahun dan terbuka untuk kolaborasi atau akuisisi. Merry harap langkah ini bisa dorong institusi pendidikan lain untuk masuk pasar modal.
“Pendidikan gak harus cuma filantropi. Kalau dikelola profesional, sektor ini bisa untung dan berdampak besar,” kata Merry.
Dengan masuk BEI, MRE berharap jadi pelopor bagi institusi pendidikan lain untuk berkembang dan berani tampil di publik demi perubahan nyata di dunia pendidikan Indonesia.
“Kalau kita selalu nunggu waktu tepat, perubahan gak akan pernah terjadi. Kita harus mulai dulu. Saya ingin gerakkan bukan cuma edukasi rakyat Indonesia, tapi juga ekonominya,” tutup Merry.