Jakarta (ANTARA) – Penyimpanan air hujan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis air di pulau-pulau kecil dan daerah kering, menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). “Memanfaatkan curah hujan melalui atap yang dapat menampungnya sangat penting,” kata Mego Pinandito, Deputi Kebijakan Pengembangan BRIN, saat berbicara dalam forum daring pada hari Rabu. Pemanfaatan air permukaan harus dilakukan sebisa mungkin dan tidak langsung dialirkan ke laut. Proyek retensi air penting untuk daerah yang memiliki aliran sungai besar. Pendekatan dan strategi utama untuk penyimpanan air memprioritaskan pemanfaatan dan optimalisasi sumber air permukaan, termasuk aliran langsung, sungai kecil, dan air tanah dangkal di daerah kering maupun daerah hujan. Langkah berikutnya adalah memanfaatkan air hujan yang jatuh di atap bangunan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga, industri, kantor, dll. Langkah-langkah untuk mengumpulkan air melibatkan menyimpan air hujan dalam wadah; memblokade sungai dengan bantuan bendungan parit; mengumpulkan, mengalirkan, dan menyimpan air permukaan di embung; serta menarik dan mengalirkan air sungai dan air tanah melalui pompa air sungai dan sumur dangkal. Embung adalah mikroreservoir untuk mengumpulkan air permukaan yang mengalir dan air hujan serta sumber air lainnya, seperti mata air, sebagai sumber irigasi tambahan. Pinandito mengatakan ada tiga infrastruktur untuk penyimpanan air untuk irigasi dan sumber air: embung, bendungan parit, dan penyimpanan panjang. Bendungan parit adalah bendungan kecil di parit atau sungai kecil untuk menahan air dan meningkatkan tingkat air untuk irigasi. Sementara itu, penyimpanan panjang mengacu pada waduk air yang memanjang di lahan yang relatif datar yang menyimpan air sungai yang meluap atau air kanal irigasi di akhir musim hujan. BRIN terus melakukan penelitian dan inovasi terkait keamanan air untuk mendukung target nasional. Berita terkait: Pasokan air yang cukup dipastikan sebelum presiden mulai bekerja dari IKN Berita terkait: Indonesia berharap Forum Air Dunia ke-10 menghasilkan kebijakan yang berdampak Translator: Sugiharto Purnama, Cindy Frishanti Octavia Editor: Anton Santoso Copyright © ANTARA 2024