Jakarta (ANTARA) – Menanggapi laporan tentang pembubaran paksa pertemuan keagamaan di sebuah gereja di Sumatra Barat, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan segala cara untuk mencegah intimidasi beragama.
Kejadian ini terjadi di kota Padang, Sumatra Barat.
“Aku akan mengirim tim ke Padang, berharap insiden di kota ini menjadi yang terakhir kita saksikan di Indonesia. Kami sangat bertekad untuk mengakhiri kasus-kasus yang disebabkan oleh kesalahpahaman,” kata Umar di Jakarta pada Rabu.
Menteri itu menginformasikan bahwa tim akan bertugas menilai situasi di lapangan. Dia menambahkan bahwa dia telah memerintahkan Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatra Barat untuk menangani masalah ini.
Umar, yang juga imam besar Masjid Istiqlal, juga mengingatkan insiden serupa di Sukabumi, Jawa Barat.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mencegah kejadian seperti ini, dia mengatakan Kementerian Agama telah memperkenalkan inisiatif pendidikan bernama Kurikulum Cinta, yang bertujuan membantu masyarakat membangun saling pengertian dan menghindari prasangka sejak dini.
“Kami di Kementerian Agama punya filosofi sendiri, dan kami khawatir kasus-kasus terakhir ini bisa terulang. Karena itu, kami memutuskan untuk mengambil pendekatan berbeda dengan memperkenalkan Kurikulum Cinta,” jelasnya.
Pada 27 Juli 2025, sekelompok orang membubarkan paksa jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia saat pertemuan keagamaan di Kecamatan Koto Tangah, Padang.
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan puluhan orang mengintimidasi jemaat dan memaksa mereka mengakhiri kegiatan. Pelaku bahkan terlihat merobohkan tempat ibadah.
Berdasarkan rekaman itu, Polda Sumatra Barat sejauh ini telah menetapkan sembilan tersangka dalam kasus ini.
Berita terkait: Pemerintah berjanji tindakan atas kasus intimidasi mahasiswa Kristen
Berita terkait: Kementerian bantah tuduhan intimidasi beragama
Penerjemah: Asep F, Tegar Nurfitra
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025