Menteri Soroti Lonjakan Masalah Kesehatan Mental akibat Paparan Gawai Berlebihan

Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, memperingatkan bahwa waktu layar yang berlebihan di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak dan remaja, yang kini melebihi 7,5 jam per hari, turut menyumbang meningkatnya masalah kesehatan jiwa.

“Waktu layar kita sudah terlalu tinggi, lebih dari 7,5 jam. Bahkan anak di bawah dua tahun sudah mengalami paparan layar yang sangat signifikan,” ujar menteri tersebut pada Rabu.

Dia menjelaskan, penggunaan gawai berlebihan mempengaruhi kesehatan mental, keterampilan sosial, serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurutnya, tren ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan harus segera diatasi.

Temuan dari pemeriksaan kesehatan gratis menunjukkan adanya peningkatan tanda-tanda dini masalah kesehatan mental di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak dan remaja, catatnya.

Dia menyebutkan, perubahan perilaku dan kebiasaan akibat disrupsi teknologi telah membuat lebih banyak anak muda menghabiskan waktu di dunia online. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah durasi screen time yang melebihi batas aman, tambahnya.

Menteri menekankan bahwa kesehatan merupakan pondasi untuk mencetak talenta-talenta hebat. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi komprehensif untuk melindungi anak dari kecanduan gawai.

Salah satu inisiatif yang harus diprioritaskan adalah menyediakan fasilitas yang mendorong anak dan remaja untuk berinteraksi secara tatap muka, ujar Pratikno. Melalui interaksi sosial langsung, tambahnya, masalah kesehatan mental diharapkan dapat menurun.

Dia mencatat bahwa Presiden Prabowo Subianto sangat menekankan pentingnya kesehatan nasional, yang ditunjukkan melalui program-program utama seperti pemeriksaan kesehatan gratis, pengembangan rumah sakit, dan beasiswa dokter spesialis.

Masalah kesehatan mental merupakan keprihatinan nasional yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor, ujarnya. Dia mendorong semua pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem sosial anak agar mencegah dampak buruk lebih lanjut.

MEMBACA  Menteri Israel Sayap Kanan Serukan Pendudukan Kembali Gaza

Pada Jumat (21/11), Kepala Subdirektorat Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Yunita Arihandayani, menyampaikan bahwa angka depresi nasional berada di angka 1,4 persen. Sementara di DKI Jakarta, angkanya mencapai 1,5 persen, imbuhnya.

Dia menyebutkan Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi masalah kesehatan jiwa tertinggi, yaitu tercatat sebesar 4,4 persen. Angka tersebut melebihi rata-rata nasional sebesar 2 persen, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.

Masalah kesehatan mental termasuk dalam 10 masalah kesehatan paling umum yang ditemukan pada usia 15 tahun ke atas, dia menambahkan. Arihandayani juga menyatakan bahwa hanya sebagian kecil penderita kondisi seperti depresi atau gangguan cemas yang mencari terapi.

Berita terkait: Dukungan harus mengikuti pemeriksaan kesehatan mental pelajar: anggota DPR

Berita terkait: Jakarta peringkat tertinggi risiko depresi dan kecemasan, tunjukan pemeriksaan gratis

Reporter: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025