Menteri Perdagangan Soroti Tiga Masalah di APEC MRT

Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan Budi Santoso membahas tiga isu utama selama sesi pembukaan pertemuan 2025 APEC Menteri yang Bertanggung Jawab atas Perdagangan (APEC MRT) di Jeju, Korea Selatan.

Tiga isu tersebut adalah inovasi perdagangan melalui kecerdasan buatan, sistem perdagangan multilateral, dan perdagangan berkelanjutan.

“Kami berharap APEC MRT 2025 akan berjalan secara konstruktif dan menghasilkan berbagai solusi dan gagasan dalam menghadapi tantangan perdagangan saat ini,” Santoso mencatat dalam sebuah pernyataan pada Jumat.

Selama sesi tersebut, menteri menyatakan bahwa kemajuan kecerdasan buatan dan teknologi digital memerlukan APEC untuk membantu menyamakan kesenjangan pembangunan di antara Ekonomi-ekonomi di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan distribusi perdagangan digital yang sama kepada semua Ekonomi APEC.

“Kita dapat memastikan bahwa manfaat perdagangan digital dapat diakses secara merata oleh semua lapisan masyarakat di wilayah tersebut. Upaya ini direalisasikan melalui inovasi, kolaborasi, dan kebijakan yang berprinsip,” katanya.

Ia menegaskan bahwa menangani kesenjangan pembangunan dapat dicapai melalui investasi berkelanjutan dalam infrastruktur digital, berbagi praktik terbaik, menerapkan program-program pembangunan kapasitas yang ditargetkan, dan mengembangkan keterampilan digital bagi angkatan kerja di seluruh wilayah.

Santoso menambahkan bahwa APEC juga diharapkan dapat memimpin dalam menciptakan kerangka kerja regulasi yang adil, adaptif, dan progresif; menjaga iklim yang sehat bagi persaingan bisnis; dan mendorong penyederhanaan prosedur fasilitasi perdagangan untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Ia kemudian menyoroti manfaat potensial kecerdasan buatan dan teknologi digital untuk inovasi. Inovasi-inovasi ini memainkan peran penting dalam menyederhanakan prosedur perdagangan; memperkuat ketahanan rantai pasok; memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui platform digital; dan merevolusi fasilitas perdagangan lintas batas.

MEMBACA  Otoritas imigrasi meningkatkan pengawasan meskipun layanan Golden Visa

Selain itu, Santoso menyoroti tantangan-tantangan signifikan yang menyertai peluang transformasional kecerdasan buatan dan teknologi digital, seperti kesenjangan digital yang melebar, akses yang tidak merata terhadap teknologi, potensi gangguan terhadap pasar tenaga kerja, tata kelola data, infrastruktur digital, dan risiko penyalahgunaan teknologi untuk mengeksploitasi perilaku konsumen.

Ia mendorong APEC untuk membangun ekosistem digital yang inklusif untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Keinklusifan tersebut juga akan mendukung Ekonomi APEC untuk mencapai Visi Putrajaya 2040 untuk kesejahteraan semua masyarakat APEC.

“APEC memiliki peran strategis dalam membentuk ekosistem digital regional yang inklusif, terbuka, dan terhubung. Oleh karena itu, kerjasama regional yang diperkuat, peningkatan interoperabilitas, dan komitmen untuk tidak meninggalkan siapapun adalah hal yang diperlukan,” tegas Santoso.

Berita terkait: APEC forecasts 2.6% growth, seeks end to trade uncertainty

Berita terkait: AI in education must be ethical, says Indonesia at APEC meeting

Translator: Maria Cicilia G P, Resinta Sulistiyandari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025