Industri Menteri Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan penggunaan analog beras sagu, atau beras buatan dari sagu, dalam program makan siang bergizi gratis untuk anak sekolah guna mendukung ketahanan pangan nasional.
“Menggunakan analog beras sagu akan mendukung misi ketahanan pangan kita dengan menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti beras,” ungkap Kartasasmita di sini pada hari Senin.
Menteri tersebut mengatakan bahwa sagu adalah makanan lokal yang harus dipromosikan untuk menjadikannya sepopuler beras sebagai makanan pokok.
Menggunakan analog beras sagu juga akan konsisten dengan agenda prioritas Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka dalam pengembangan ketahanan energi, air, dan pangan, tambahnya.
“Kita harus menetapkan landasan yang kuat untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sagu, sebagai komoditas pangan, memiliki potensi besar untuk pengembangan lebih lanjut demi ketahanan pangan di Indonesia,” kata Kartasasmita.
Program makan siang gratis berada dalam tahap uji coba sebelum pelaksanaannya. Pada Jumat (26 Juli 2024), Gibran mengatakan bahwa administrasinya akan mencoba berbagai skema untuk menentukan pendekatan terbaik dalam melaksanakan program tersebut.
Sementara itu, Kartasasamita juga menyarankan penggunaan sagu sebagai bahan bioetanol untuk mewujudkan ketahanan energi di negara ini.
Dia menunjukkan bahwa Direktorat Jenderal Agroindustri kementeriannya telah mengumpulkan data relevan mengenai potensi penggunaan sagu sebagai sumber energi terbarukan.
Menurut direktorat jenderal, hingga 250 kiloliter bioetanol dapat diproduksi dari 2,5 hektar perkebunan sagu, katanya.
“Selain itu, (menggunakan sagu) memiliki latar belakang kearifan lokal yang kuat karena tidak ada lagi kekuatan utama sagu selain Indonesia,” kata menteri tersebut.
Optimasi bioetanol dapat mengurangi kuota impor minyak, gas: BRIN
Penerjemah: Maria Cicilia G, Nabil Ihsan
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak cipta © ANTARA 2024