New York (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan bahwa dunia saat ini menghadapi kebenaran yang tidak nyaman: ada tanda-tanda kegagalan multilateralisme.
Marsudi menekankan isu ini dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 selama High-Level Week dari Sidang Umum PBB ke-79 di New York, Amerika Serikat, pada hari Rabu (25 September).
Menurut Marsudi, tanda-tanda kegagalan dalam multilateralisme adalah fragmentasi tata kelola global, erosi kepercayaan, dan respons yang tidak memadai terhadap tantangan yang muncul.
“Situasi kemanusiaan yang mengkhawatirkan di Palestina benar-benar mengungkapkan seberapa rapuh multilateralisme telah menjadi,” ujarnya.
“Genosida di Gaza, bersama dengan eskalasi ketegangan di Timur Tengah, menjadi pengingat akan perlunya mendukung hukum internasional dan hak asasi manusia, tanpa kecuali,” tambah Marsudi.
Beliau menawarkan tiga poin kunci untuk mengatasi tanda-tanda kegagalan: mempertimbangkan Global Selatan dalam proses pengambilan keputusan, negara-negara maju mengambil tindakan dalam isu global, dan penggunaan tata kelola digital.
Marsudi menyatakan harapannya bahwa G20, sebagai forum multilateral, akan memikul tanggung jawabnya untuk mengembalikan harapan, kepercayaan, dan kredibilitas.
“G20 harus memimpin langkah untuk membangun kembali multilateralisme yang lebih inklusif, adil, dan efektif, dan saatnya untuk bertindak bersama untuk kebaikan bersama,” katanya.
Berita terkait: Indonesia menyerukan reformasi tata kelola global di pertemuan PBB
Berita terkait: Menlu Marsudi berdiri untuk hak-hak perempuan Afghanistan di Sidang Umum PBB
Reporter: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024