Menteri keuangan berikutnya akan memainkan peran penting dalam mencapai target penerimaan negara sebesar Rp2.996,9 triliun pada tahun 2025, menurut Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Indef). “Ada dua faktor penentu,” kata ekonom senior Indef Didik Junaidi Rachbini pada Sabtu. “Pertama, daya beli, yang saat ini sedang menurun. Kedua, kemampuan Kementerian Keuangan, termasuk kepemimpinan menteri.”
Target penerimaan negara pemerintah berikutnya akan terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp2.490,9 triliun, penerimaan non-pajak sebesar Rp505,4 triliun, dan hibah sebesar Rp600 miliar.
Menggapai target ini, terutama komponen pajak, akan menjadi tantangan, peringatan Rachbini. Oleh karena itu, menteri keuangan yang mampu sangat penting.
Dia menekankan bahwa penurunan daya beli dan mobilitas ke bawah banyak rumah tangga kelas menengah adalah hambatan signifikan.
“Kepatuhan pajak di kalangan orang kaya juga merupakan masalah. Namun, mengatasi masalah ini dapat membuat target yang sulit ini tercapai,” kata Rachbini.
Mencapai target juga bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang kuat dan perbaikan sistem perpajakan. Peningkatan kepatuhan wajib pajak, penegakan hukum pajak yang ketat, dan memanfaatkan potensi pajak sektor informal sangat penting.
Rachbini menekankan perlunya reformasi pajak yang berkelanjutan, termasuk digitalisasi dan perluasan basis pajak.
“Untuk mencapai tujuan yang begitu tinggi, kita harus secara signifikan memperkuat kapasitas pengumpulan pajak,” tandasnya.
Berita terkait: Penerimaan negara direncanakan sebesar Rp2,996 triliun dalam rancangan anggaran 2025
Berita terkait: Defisit anggaran negara mencapai Rp35 triliun hingga 12 Desember
Translator: Uyu Septiyati, Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024