Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo mengungkapkan harapannya bahwa Indonesia akan meraih medali emas Olimpiade pertamanya dalam angkat besi di Olimpiade Musim Panas Paris, yang dijadwalkan berlangsung dari 26 Juli hingga 11 Agustus 2024. Ia menyampaikan harapan tersebut setelah membuka rapat kerja nasional dewan eksekutif Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) di Jakarta pada hari Rabu.
“Angkat besi merupakan salah satu cabang olahraga yang kita harapkan di setiap Olimpiade,” ujar Ariotedjo seperti yang dikutip dalam pernyataan yang diposting di situs web kementeriannya pada hari Rabu.
Hingga saat ini, Indonesia belum pernah meraih medali emas dalam angkat besi di Olimpiade. Selama Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020, tim angkat besi Indonesia berhasil meraih satu medali perak dan dua medali perunggu.
Medali perak diraih oleh Eko Yuli Irawan dalam acara 61kg putra, sementara medali perunggu diraih oleh Windy Cantika Aisah dalam acara 49kg putri dan Rahmat Erwin Abdullah dalam acara 73kg putra.
“Saya juga ingin mengungkapkan apresiasi saya kepada PB PABSI, yang telah mengadakan rapat ini sebagai panduan organisasi yang wajib,” tambah menteri tersebut.
Ariotedjo mengatakan bahwa kementeriannya memberikan perhatian serius kepada olahraga prioritas, termasuk angkat besi, salah satu olahraga di mana Indonesia sering meraih prestasi.
“PABSI telah memprioritaskan atlet muda untuk regenerasi. Kami ingin terus mendukung program PABSI untuk regenerasi dan pencarian bakat secara menyeluruh dan lebih masif,” tambahnya.
Demikian pula, Ketua PB PABSI Rosan P. Roeslani mengungkapkan harapannya bahwa Indonesia akan mampu meraih medali emas di Olimpiade tahun ini setelah hanya meraih medali perak dan perunggu.
“Insya Allah, pada Olimpiade Paris 2024 mendatang, kita memiliki kesempatan untuk meraih medali emas untuk pertama kalinya,” tambahnya.
Roeslani lebih lanjut mengatakan bahwa prestasi asosiasi tersebut adalah hasil dari komitmennya untuk menjaga regenerasi atletnya.
Ia menjelaskan bahwa 60 persen dari program pelatihan terpusat asosiasi tersebut untuk atlet junior sementara 40 persen sisanya untuk atlet senior.