Meningkatnya Pengangguran di Jepang: Masa Depan Pekerja Asing di Ujung Tanduk?

Kamis, 9 Oktober 2025 – 12:17 WIB

Jakarta, VIVA – Pasar tenaga kerja Jepang, yang biasanya dikenal kuat, mulai menunjukkan tanda-tanda melemah. Data terbaru menunjukkan bahwa lapangan kerja di Negeri Sakura tersebut sedang melambat.

Meningkatnya jumlah pengangguran menjadi sinyal bahwa ekonomi Jepang sedang menghadapi tekanan yang tidak bisa dianggap remeh.

Di sisi lain, selagi perusahaan-perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan tenaga kerja, mereka juga harus menghadapi tantangan baru, yaitu tuntutan upah yang semakin tinggi. Situasi ini menempatkan Jepang di persimpangan jalan yang sulit, antara menjaga stabilitas ekonomi dan menahan dampak dari krisis tenaga kerja yang makin kronis.

Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Jepang, tingkat pengangguran naik ke 2,6 persen pada Agustus 2025, meningkat dari 2,3 persen di bulan sebelumnya. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam lebih dari setahun, dan sedikit lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang memprediksi 2,4 persen.

Pada saat yang sama, rasio lowongan kerja terhadap pelamar turun dari 1,22 menjadi 1,20. Artinya, sekarang hanya ada sekitar 120 lowongan untuk setiap 100 pencari kerja, dan ini adalah level terendah sejak tahun 2022.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Jepang

“Pasar tenaga kerja yang kuat mungkin mulai kehilangan tenaganya,” ujar Masato Koike, ekonom senior di Sompo Institute Plus, seperti dikutip dari NDTV, Kamis, 9 Oktober 2025.

“Tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump telah mengurangi lowongan, terutama untuk pekerjaan paruh waktu. Sekarang, bahkan posisi penuh waktu mulai terkena dampaknya,” tambahnya.

Meskipun terjadi pelemahan kecil, data ini tetap menunjukkan bahwa pasar kerja Jepang masih relatif kuat. Namun, kekurangan tenaga kerja jangka panjang terus memaksa perusahaan untuk menaikkan upah agar bisa mempertahankan karyawannya.

MEMBACA  Menonton Pidato Prabowo di PBB, Titiek Soeharto: Terpana dan Penuh Kebanggaan

Tekanan ini membuat pertumbuhan upah tetap tinggi, dan hal ini menjadi salah satu faktor penting yang diamati oleh Bank of Japan (BOJ) dalam menentukan arah kebijakan moneternya.

BOJ akan mengumumkan keputusan suku bunga berikutnya pada tanggal 30 Oktober mendatang, dan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga semakin besar. Dua anggota dewan sebelumnya sudah menyatakan keberatan terhadap kebijakan suku bunga yang tetap, menandakan bahwa bank sentral mulai bergeser ke arah pengetatan.

Dalam laporan terbarunya, BOJ mengakui bahwa memperluas pasokan tenaga kerja melalui perempuan dan lansia sekarang semakin sulit. Meski begitu, ada kabar baik dimana jumlah pekerja perempuan penuh waktu mencapai rekor tertinggi, yaitu 13,6 juta orang pada bulan Agustus. Ini mencatat kenaikan selama dua bulan berturut-turut sejak pencatatan dimulai pada tahun 2013.

Halaman Selanjutnya

Awal tahun ini, perusahaan-perusahaan besar Jepang juga sepakat untuk menaikkan gaji lebih dari 5%, yang merupakan kenaikan terbesar dalam lebih dari 30 tahun. Akan tetapi, lonjakan upah ini juga menimbulkan efek domino.