loading…
Para pemangku kepentingan berkumpul di Jakarta untuk membahas strategi peningkatan standar kesejahteraan hewan dan mendorong transisi ke sistem telur bebas sangkar, Minggu (14/12/2025). Foto/Dok. SindoNews
JAKARTA – Berbagai pemangku kepentingan bertemu di Jakarta untuk membahas cara meningkatkan kesejahteraan hewan dan mempercepat peralihan ke sistem produksi telur bebas sangkar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand, Minggu (14/12/2025). Pertemuan ini sekaligus meluncurkan laporan berjudul “Telur Bebas Sangkar: Transisi Global Menuju Model Bisnis yang Lebih Etis dan Resilien,” yang disusun oleh Program Kesejahteraan Hewan dan Penelitian Sinergia Animal International.
Laporan ini menganalisis model bisnis berkelanjutan bagi pelaku usaha di sektor pangan dan industri telur terkait kebutuhan untuk beralih ke telur bebas sangkar. Laporan juga menyoroti manfaatnya bagi bisnis dan kesejahteraan ayam itu sendiri. Baca juga: BGN Buka Suara Soal Rencana Danantara Gelontorkan Rp20 Triliun untuk Peternakan Ayam
Kepala Tim Pelaksana Kesejahteraan Hewan di Kementerian Pertanian, Drh. Septa Walyani, menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam kesejahteraan hewan. Ia menggarisbawahi konsep “One Health”. “Konsep ini menunjukan bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait dan harus ditingkatkan bersama untuk membangun sistem pangan yang etis, aman, dan berkelanjutan,” ujarnya.
Mayoritas ayam petelur di dunia, termasuk di negara-negara Global Selatan, masih dipelihara dalam kandang baterai. Sistem produksi telur yang intensif ini membuat ayam hidup dalam ruang yang sangat sempit.
”Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa transisi ke sistem bebas sangkar dapat mencegah lebih dari 7.000 jam penderitaan untuk setiap ayam yang dipelihara dalam sistem ini, dibandingkan dengan kandang baterai konvensional,” kata Fernanda Vieira, salah satu penulis laporan dan Direktur Program Kesejahteraan dan Penelitian Hewan.