Menghabiskan Biaya Pembangunan Rp4,3 Triliun, Inilah Tampak Balai Kota Provinsi Nagasaki Jepang

loading…

Gedung Balai Kota Nagasaki dibangun pada 2017 dan menelan anggaran 43 miliar yen atau setara Rp4,3 triliun. Foto/MPI/Widya Michella

NAGASAKI – Jepang adalah salah satu negara maju yang terkenal dengan inovasi dan kreativitas yang luar biasa. Tak heran jika gedung-gedung di Jepang dibangun dengan arsitektur megah dan mewah. Salah satunya adalah Balai Kota di Provinsi Nagasaki, Jepang. Tim MNC Portal berkesempatan untuk melihat langsung kemegahan gedung delapan lantai ini dalam program Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) Indonesia-Japan Young Journalists Exchange pada Kamis (25/1/2024) lalu.

“Bangunan ini selesai dibangun pada tahun 2017 dengan biaya sebesar 43 miliar yen atau setara dengan Rp4,3 triliun,” kata pemandu yang bekerja di Provinsi Nagasaki.

Di dalam gedung Balai Kota Nagasaki, terdapat meja informasi yang menampilkan produk-produk unggulan dari masyarakat lokal Nagasaki, seperti olahan laut, sake, kue Castella, dan kerajinan tangan. Selain itu, di lantai 8 terdapat fasilitas akses publik seperti ruang rapat, toko, dan perpustakaan.

Direktur Divisi Budaya, Pariwisata, dan Hubungan Internasional Provinsi Nagasaki Jepang, Sakaguchi Ikuhiro, mengatakan bahwa perkembangan provinsi ini merupakan bukti kebangkitan Nagasaki setelah mengalami kehancuran akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat pada 9 Agustus 1945.

“Nagasaki menjadi target bom atom karena dulunya memiliki pusat perakitan kapal militer terbesar di Jepang. Namun setelah perang dunia kedua berakhir, Jepang tidak lagi memproduksi kapal militer, melainkan beralih ke pengembangan kapal kargo untuk perdagangan,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi Nagasaki didukung oleh kondisi geografisnya yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Hokkaido. Industri pengolahan perikanan pun tetap bertahan dan terus dikembangkan.

MEMBACA  Jadwal Pemeriksaan Kembali Tiko Aryawardhana oleh Polisi

Selain itu, Nagasaki juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang berasal dari interaksi dengan negara lain setelah dibukanya jalur perdagangan internasional.

“Gedung-gedung peninggalan sejarah masih ada di Nagasaki sejak lama. China Town yang ada di Nagasaki juga tetap dipertahankan sebagai sumber daya pariwisata,” jelas Sakaguchi.

Masyarakat Nagasaki dikenal sebagai orang yang toleran terhadap orang asing. Mereka telah terbiasa berinteraksi dengan warga negara asing sejak dulu. Hal ini menjadi salah satu sumber daya yang memungkinkan pengembangan pariwisata sejarah di Nagasaki.

(ts)