Jumat, 19 September 2025 – 02:18 WIB
Jakarta, VIVA – Dunia kerjanya terus berubah ikutin pola pikir generasi yang isinya. Kalau generasi dulu dikenal setia lama di satu perusahaan, Gen Z malah bawa filosofi baru yang disebut “career minimalism”.
Baca Juga :
70 Tahun Polantas, Pesan untuk Generasi Z Jadi Pelopor Keselamatan Lalu Lintas
Fenomena ini muncul sebagai respons dari pengalaman generasi sebelumnya, terutama Milenial, yang rela korbankan waktu dan energi buat karir, tapi akhirnya malah hadapi krisis ekonomi, harga rumah naik gila-gilaan, sampai stres kronis.
Gen Z, yang lahir antara 1997 sama 2012, liat realita itu dan berani nolak budaya kayak gitu. Soalnya, bagi mereka, kerja itu harus buat biaya hidup, bukan malah kebalikannya.
Baca Juga :
Job Hugging Jadi Tren Baru di Dunia Kerja, Awas Bisa Bikin Karier Mandek!
Menurut data dari Up Worthy, Kamis, 18 September 2025, disebutin kalo 68% pekerja Gen Z gak akan ngejar posisi manajerial kecuali ada kompensasi yang jelas, entah itu gaji lebih tinggi atau jabatan yang bergengsi.
“Gen Z lebih mau menerima pola pikir fleksibel dibanding generasi yang lebih tua. Sementara generasi sebelumnya sering prioritaskan naik jabatan,” kata Janel Abrahami, Career Pivot Strategist di Glassdoor.
Baca Juga :
Booming! Ini 10 Pekerjaan Hijau yang Gajinya Tembus Miliaran Rupiah, Minat?
Dia jelasin, Gen Z nyari padanan karir dalam bentuk jalur berkelanjutan di mana mereka bisa lompat ke peluang yang paling cocok sama kebutuhan mereka saat itu. Itu bisa artinya terima potongan gaji demi waktu luang lebih banyak, terima jabatan lebih rendah demi peran yang lebih kreatif, atau pindah ke industri yang mereka anggap lebih stabil.
“Karena 70% Gen Z meragukan keamanan pekerjaan mereka seiring kemajuan AI di tempat kerja, banyak yang proaktif pindah ke sektor kayak perdagangan terampil, kesehatan, dan pendidikan,” ujarnya.
Walaupun disebut “career minimalism,” semangat wirausaha Gen Z tetep tinggi. Sekitar 57% pekerja Gen Z punya side hustle, lebih banyak dari generasi mana pun sebelumnya.
Yang menarik, motivasi utama mereka bukan cuma uang. Sekitar 49% bilang, tujuan utamanya adalah jadi bos buat diri sendiri, sementara 42% pengen menyalurkan passion mereka.
Work-life balance sebagai prioritas utama
Buat Gen Z, keseimbangan hidup dan kerja bukan cuma omongan doang, tapi kebutuhan. Sekitar 32% Gen Z sebut work-life balance sebagai faktor paling penting dalam pekerjaan, dibandingkan 28% Milenial dan 25% Gen X.
Lebih dari itu, mereka rela prioritaskan keseimbangan ini dibanding gaji tinggi. “Perusahaan mungkin kaget dengan perubahan sikap Gen Z di tempat kerja,” kata Abrahami.
“Tapi, ini bukan berarti Gen Z ninggalin pekerjaan; malah, mereka mendefinisikan ulang ambisi lewat career minimalism. Kalo Gen Z merasa gak didukung dalam mencapai work-life balance yang mereka cari, mereka bisa jadi kurang termotivasi atau mulai cari peluang lain yang lebih sesuai sama nilai dan gaya hidup mereka.”
Sebanyak 73% karyawan Gen Z juga pengen fleksibilitas kerja permanen, dan 72% bahkan pertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan karena kebijakan yang kaku. Sebaliknya, perusahaan yang tawarkan fleksibilitas punya tingkat retensi 78% lebih tinggi untuk karyawan Gen Z.
Halaman Selanjutnya
Yang menarik, motivasi utama mereka bukan cuma uang. Sekitar 49% bilang, tujuan utamanya adalah jadi bos buat diri sendiri, sementara 42% pengen menyalurkan passion mereka.