Mengembalikan Kejayaan Atletik Indonesia di Kancah Asia

Jakarta (ANTARA) – Tahun 1962 menjadi tahun bersejarah bagi Indonesia, saat pelari Mohammad Sarengat meraih emas di Asian Games ke-4 di Jakarta dan menjadi orang Indonesia pertama yang menang emas di ajang multi-olahraga tersebut.

Diantara sorak sorai penonton di Stadion Utama Senayan (kini Stadion Utama Gelora Bung Karno), Sarengat berlari sangat cepat seperti kilat menempuh lintasan 100 meter, dan sampai di garis finis pertama dengan catatan waktu 10,4 detik.

Di edisi yang sama, dia juga meraih medali emas dari nomor lari gawang 110m dengan waktu 14,3 detik.

Sejak saat itu, Sarengat dijuluki "pelari tercepat di Asia", sebuah gelar yang mengukuhkan dominasi Indonesia dalam lari di tingkat Asia.

Prestasi luar biasa atlet itu kemudian menginspirasi atlet-atlet muda, seperti Purnomo Muhammad Yudhi, untuk mengikuti jejaknya.

Keikutsertaannya di Olimpiade Los Angeles 1984 menjadi tonggak sejarah bagi Yudhi dan Indonesia karena ia berhasil melaju ke semi-final 100m putra.

Setelah Yudhi, muncul lebih banyak sprinter hebat dari Indonesia, seperti Afdiharto Mardi Lestari dari Binjai, Sumatera Utara; Suryo Agung Wibowo dari Solo, Jawa Tengah; dan yang terbaru, Lalu Muhammad Zohri dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang mewakili Indonesia di Olimpiade Paris 2024.

Banyak prestasi telah diraih di berbagai kejuaraan, tetapi di Asian Games, belum ada pelari Indonesia yang bisa menyamai apa yang diraih Sarengat.

Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) mengakui bahwa meraih sukses di Asian Games adalah langkah krusial sebelum menargetkan Olimpiade.

Memulihkan kejayaan Indonesia di kancah Asia bukanlah hal mudah. Di era olahraga modern, semua negara berusaha menyiapkan atlet terbaik, dan Indonesia tentu tidak ingin berdiri diam sebagai penonton.

MEMBACA  Komnas HAM Menyesalkan Pendekatan Aparat dalam Pembubaran Demonstran Menolak RUU Pilkada

Prestasi yang Lebih Baik

Atletik Indonesia berulang kali mencatat prestasi di tingkat regional dalam SEA Games.

Pada SEA Games 2023 di Kamboja, tim atletik Indonesia membawa pulang 19 medali, terdiri dari tujuh medali emas, tiga perak, dan sembilan perunggu.

Sebagian besar medali emas diraih dari nomor lari, yaitu pada 10.000m putra oleh Rikki Simbolon, estafet 4×100 meter oleh Lalu Muhammad Zohri, Wahyu Setiawan, Bayu Kertanegara, dan Sudirman Hadi, serta maraton putra dan putri oleh Agus Prayoga dan Odekta Naibaho.

Sementara itu, medali emas lainnya disumbangkan oleh Abdul Hafiz dalam lempar lembing, Maria Natalia Londa dalam lompat jauh, dan Hendro Yap dalam jalan cepat 20 kilometer.

Prestasi ini meyakinkan PB PASI bahwa sudah waktunya atletik Indonesia menargetkan tingkat yang lebih tinggi, yaitu Asia.

Ketua PB PASI Luhut Binsar Pandjaitan telah menekankan dengan tegas bahwa Indonesia menjadikan Asian Games sebagai tolok ukur untuk atletik.

Karena hanya tersisa satu tahun lagi menuju Asian Games berikutnya yang akan diadakan di Jepang, persiapan telah difokuskan pada beberapa even atletik yang memiliki peluang menang lebih besar.

Langkah-langkah strategis untuk meraih kejayaan telah disiapkan. Selain fokus pada even atletik dengan peluang menang tinggi, pengembangan pusat pelatihan atlet juga sedang dilakukan.

Saat ini, sudah ada dua pusat pelatihan atletik yang beroperasi, yaitu Pusat Pelatihan Atletik Pangalengan di Jawa Barat dan Stadion Atletik Mimika di Papua. PB PASI juga saat ini sedang mengembangkan pusat pelatihan yang lebih modern di Sumatera Utara, yang ditargetkan selesai pada 2026.

Selain fasilitas fisik, pendekatan ilmu olahraga juga diterapkan dalam program pelatihan atlet, yang diharapkan dapat membuat perkembangan keterampilan atlet terpantau setiap saat dan terukur.

MEMBACA  Indonesia Menggunakan Negara Maju sebagai Model untuk Membangun Ekosistem AI

Prestasi di Asian Games adalah tujuan besar yang telah ditetapkan PB PASI bagi para atlet dan pelatih dalam program pelatnas.

Zohri, yang saat ini merupakan atlet andalan Indonesia, mengakui bahwa Asian Games adalah gerbang menuju podium Olimpiade. Dia banyak belajar dari pengalamannya untuk meningkatkan performa di pusat pelatihan.

Meskipun Asian Games adalah target utama Zohri, ia tidak menganggap kompetisi skala lebih kecil, termasuk Kejuaraan Nasional Atletik, sekedar pemanasan, melainkan kompetisi sungguhan yang harus dimenangkan.

Dengan latihan intensif dan pengalaman berpartisipasi di berbagai kompetisi, serta pemulihan cedera yang hampir sempurna, atlet yang sebelumnya menang emas di ASEAN University Games (AUG) 2024 ini optimis bisa meraih prestasi di tingkat Asia.

“Asian Games adalah tujuan utama, jadi saya harus siap bersaing, bahkan untuk Olimpiade,” ujarnya.

Dina Aulia, pemegang rekor nasional baru untuk nomor lari gawang 100 meter putri dengan waktu 13,11 detik, juga memiliki optimisme yang sama.

Pelatihan terpusat di Pangalengan telah memperkuat tekad Aulia untuk mencetak prestasi di Asian Games.

Atlet yang dibesarkan di Kalimantan Selatan ini saat ini sedang mempersiapkan diri untuk Kejuaraan Dunia Atletik dan SEA Games 2025 di Thailand pada bulan Desember.

Baginya, kejuaraan ini adalah batu loncatan dalam perjalanan panjang menuju prestasi tingkat Asia.

Dengan semua sumber daya dan pelatihan atlet yang telah disiapkan, yang tinggal dilakukan adalah membuktikan bahwa Indonesia dapat meneruskan warisan Sarengat di Asian Games.

Berita terkait: Pusat pelatihan atletik baru di Sumut akan beroperasi 2026

Berita terkait: Asian Games tetap target utama prestasi atletik: Luhut

Berita terkait: Cek kesehatan gratis bantu identifikasi bakat atletik muda

MEMBACA  Ditegur Anak karena Terlalu Sibuk, Aldi Taher Berkata Begini

Penerjemah: Aloysius Lewokeda, Raka Adji
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025