Mengapa Allah SWT Memberikan Ujian Beruntun? Jangan Salah Sangka Terlebih Dahulu

Semua makhluk di dunia akan dihadapkan pada berbagai ujian atau cobaan sesuai kadar dan ketentuan dari Allah SWT. Foto ilustrasi/ist

Kenapa Allah SWT memberi cobaan bertubi-tubi? Jangan salah sangka terlebih dahulu, karena bisa jadi dosa kita semua sedang diampuni atau diri kita tengah dinaikkan derajatnya.
Kehidupan di dunia ini adalah sementara. Sepanjang itu, semua makhluk di dunia akan dihadapkan pada berbagai ujian atau cobaan sesuai kadar dan ketentuan dari Allah SWT. Hal ini berlaku untuk golongan raja-raja dan pemilik kekuasaan, para pebisnis dan saudagar kaya raya hingga orang biasa.

Jadi, munculnya ujian atau cobaan ini bersifat alamiah, bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia. Ujian atau cobaan hanya akan berakhir dengan selesainya pula kehidupan di alam dunia yang fana ini.

Lantas, mengapa bisa cobaan datang bertubi-tubi seakan tiada henti? Simak penjelasannya berikut ini.

Kenapa Allah Memberi Cobaan Bertubi-tubi?
Segala musibah, ujian, dan cobaan yang sering terjadi merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Takdir tersebut harus tetap kita imani dan senantiasa bertawakkal untuk menghadapinya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT surat At-Taubah ayat 51:

قُلْ لَّنۡ يُّصِيۡبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا ۚ هُوَ مَوۡلٰٮنَا ‌ ۚ وَعَلَى اللّٰهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”

Apabila seorang Muslim memahami makna ayat di atas, fokus mereka ketika dihadapkan pada cobaan atau ujian seharusnya bisa berubah. Imam Shamsi Ali yang pernah menjadi Direktur Jamaica Muslim Center pernah menyampaikan bahwa cara pandang (mindset) sangatlah berpengaruh ketika menghadapi setiap ujian yang terjadi dalam hidup.

MEMBACA  Pemerintah Indonesia mendesak penyelesaian RDMP Balikpapan hingga Juli 2025

Saat dihadapkan pada ujian atau cobaan hidup, seorang Muslim tidak boleh hanya menggunakan pandangan lahir saja, melainkan juga harus memakai aspek batin (hati/iman). Adapun tujuannya adalah menjadikan respons yang diambil nantinya tidak terbatas pada penilaian lahiriah semata.

Sekilas, datangnya sebuah musibah atau cobaan secara lahiriah pastinya pahit. Namun, hal ini bisa berubah ketika seseorang mengimbangi pemahamannya dengan pandangan batin atau iman.

Jika mengadopsi pemikiran di atas, pahit getirnya cobaan bisa berubah menjadi obat dan jalan kebaikan. Di sisi lain, kita yang menerimanya dapat memaknai ujian tersebut jalan penghapusan dosa-dosa atau bahkan sebagai jalan Allah dalam mengangkat derajat seorang hambaNya.

Kemudian, ujian yang datang bertubi-tubi juga bisa dimaknai sebagai cara Allah SWT menguji kualitas iman hambanya. Allah SWT pernah berfirman dalam Surat Al Ankabut ayat 2 dan 3.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami Telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”

Pada pemaknaan ayat di atas, terdapat pelajaran tentang keimanan yang dapat diambil. Bisa jadi, musibah atau ujian yang diberikan adalah cara Allah SWT mengukur kualitas iman yang dimiliki hambanya.

Jika diumpamakan, seperti kata pepatah “Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya”, Allah SWT akan memberikan ujian atau cobaan dengan mempertimbangkan kadar iman yang dimiliki hamba tersebut. Jadi, semakin baik imannya, maka berpotensi pula berat dan lebih sering ujiannya.

MEMBACA  Bank Mandiri Masuk Peringkat Majalah TIME Berkat Komitmen dalam Menerapkan Prinsip ESG

Namun, tak perlu khawatir. Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini sebagaimana disampaikan pada penggalan Surat Al Baqarah ayat 286.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

Para akhirnya, bisa dipahami bahwa tak ada seorang pun dalam hidupnya yang tidak menerima atau menghadapi ujian/cobaan. Namun, kembali lagi bahwa semua itu tergantung terhadap bagaimana cara kita memandang dan menyelesaikannya.

Jadi, terjawab sudah pertanyaan mengenai “Kenapa Allah SWT memberi cobaan bertubi-tubi?”. Satu hal yang pasti, niat Allah itu selalu baik dan tidak akan pernah memberikan cobaan melainkan dengan mempertimbangkan kesanggupan hambanya.

Wallahu a’lam
(wid)