loading…
Dalam Al Quran surat Al Muminun ayat 8, Allah Subhanahu wa taala memerintahkan tentang menjaga amanah. Segala amanah harus dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Foto ilustrasi/ist
Dalam Al Qur’an surat Al Mu’minun ayat 8, Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan tentang menjaga amanah. Segala amanah harus dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ
“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.” (QS Al Mu’minun:8)
Berkenaan dengan ayat ini, Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, jilid 12 halaman 107, menerangkan bahwa amanah dan janji menggabungkan semua yang dipikul manusia berupa perkara agama dan dunia, baik ucapan maupun perbuatan. Untuk itu, konsekuensi dari yang demikian adalah menjaga dan melaksanakannya.
Oleh karenanya, seseorang yang mendapat amanah harus berusaha menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Demikian itu karena Allah subhanahu wata’ala memerintahkan untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya, dan melarang berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melarang mengkhianati segala amanah yang diberikan manusia kepadanya.
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat al-Anfal ayat 27,
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تَخُوْنُوْا اللَّهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Menguatkan firman Allah tersebut, Rasulullah pun memerintahkan untuk senantiasa menunaikan amanah,
أَدِّ اْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah engkau berkhianat kepada orang yang berkhianat kepadamu.” (HR Abu Dawud no 3534)
Mengkhianati Amanah
Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa mengkhianati amanah dan tidak menepati janji termasuk dari sifat-sifat orang munafik.
Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga: apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji mengingkari, dan jika dipercaya mengkhianati.” (HR Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, menunaikan amanah merupakan perkara wajib. Apabila seseorang telah mendapat suatu amanah, maka ia wajib untuk melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya.
Sifat Mukmin Sejati
Meskipun menunaikan amanah itu berat, akan tetapi mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan amal saleh dan sifat orang-orang mukmin sejati. Pemberian amal saleh kepada seorang hamba sendiri merupakan tanda bahwa Allah subhanahu wata’ala menghendaki kebaikan kepadanya.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اِسْتَعْمَلَهُ، فَقِيْلَ كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan mempekerjakannya.” Lalu ditanyakanlah pada beliau,”Bagaimanakah Allah mempekerjakannya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Dia akan memberinya taufik untuk beramal saleh sebelum dijemput kematian.” (HR at Tirmidzi dan Ahmad)
Dari sini dapat dikatakan bahwa amanah yang diberikan merupakan bagian dari kebaikan yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya. Terlebih jika amanah tersebut jelas-jelas merupakan amal saleh yang Allah ridhai dan banyak memberikan manfaat kepada orang lain.
Wallahu A’lam
(wid)