Memperkuat Posisi Indonesia sebagai Kekuatan Utama Kelapa

Jakarta (ANTARA) – Tidak berlebihan jika menyebut Indonesia sebagai surganya kelapa. Terletak di garis khatulistiwa, negara kepulauan ini menawarkan lingkungan tumbuh yang ideal untuk buah tropis ini.

Tak heran jika ribuan pulaunya dihiasi perkebunan kelapa yang luas.

Dikenal secara global sebagai lambang tropis, pohon kelapa sering disebut "pohon kehidupan" karena hampir semua bagiannya berguna.

Misalnya, batang kelapa bisa digunakan untuk membangun rumah sederhana, sementara tangkai daunnya bisa dijadikan sapu kuat. Selain itu, nira dari bunga kelapa bisa diolah menjadi gula.

Kebanyakan orang setuju bahwa buahnya sendiri adalah bagian paling berharga.

Selain rasa tropis yang menyegarkan dan dagingnya yang bisa dimakan langsung, kelapa juga bisa diolah menjadi santan, minyak kelapa, tepung kelapa, dan kopra.

Fungsi serbaguna ini menjadikan kelapa sebagai komoditas strategis dan vital—tidak hanya untuk petani tapi juga perekonomian.

Bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global, ekspor kelapa Indonesia terus tumbuh berkat inisiatif pemerintah, menjadikan kelapa sebagai simbol kekuatan pertanian Indonesia di panggung dunia.

Data BPS menunjukkan peningkatan signifikan nilai dan volume ekspor kelapa nasional dalam tiga tahun terakhir.

Dari US$65,6 juta di 2022, nilai ekspor naik jadi US$75,33 juta (2023) dan US$113,59 juta (2024).

Tren positif ini mencerminkan permintaan global yang stabil dan daya saing kelapa Indonesia.

Hingga April tahun ini, nilai ekspor kelapa dengan kode HS 08011200 (endocarp) capai US$62,63 juta, dengan Cina sebagai pembeli utama (US$52,25 juta, Januari-April).

Kenaikan ini terkait meningkatnya permintaan kelapa dan turunannya untuk berbagai produk, seperti kopi santan, es krim rasa kelapa, hingga kosmetik inovatif.

Sementara itu, Vietnam dan Thailand juga semakin banyak mengimpor kelapa dari Indonesia sebagai bahan baku industri makanan, meski volumenya jauh lebih kecil dibandingkan Cina.

MEMBACA  Rejeki Tak Terduga di Bank Indonesia

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan bahwa pasar global semakin mencari kelapa Indonesia, sehingga Cina dan negara lain gencar mengimpornya.

Pernyataan ini mencerminkan potensi besar Indonesia dalam rantai pasok kelapa berkualitas global.

Untuk manfaatkan peluang ini, pemerintah konsisten tingkatkan produksi kelapa domestik. Menurut BPS, produksi kelapa Indonesia capai 2,87 juta ton (2022), lalu sekitar 2,9 juta ton (2023 dan 2024).

Meski tidak turun, pemerintah mencatat stagnasi dua tahun terakhir—sebagian karena pohon kelapa yang sudah tua dan hasilnya berkurang.

Karena itu, tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran Rp750 miliar (sekitar US$46 juta) untuk program peremajaan perkebunan kelapa.

Program ini mencakup penyediaan bibit unggul, perluasan lahan, pelatihan produktivitas petani, dan pengadaan alat modern untuk manajemen perkebunan yang lebih baik.

Inisiatif ini diharapkan tak hanya tingkatkan produksi, tapi juga daya saing kelapa Indonesia dan kesejahteraan petani.

Menteri Sulaiman menegaskan, Kementan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai raja kelapa dunia.

Downstreaming

Untuk maksimalkan potensi ekonomi kelapa yang masih banyak diekspor mentah, pemerintah memperluas kebijakan hilirisasi ke komoditas ini.

Dalam kebijakan ini, kelapa mentah akan diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti minyak kelapa, santan, dan tepung kelapa.

Pemerintah juga meluncurkan program untuk bantu petani memperluas pasar dan lindungi mereka dari fluktuasi harga.

Dengan sekitar 3,33 juta hektar perkebunan kelapa, Indonesia adalah salah satu produsen kelapa terbesar dunia.

Dengan iklim ideal dan tanah subur, negara ini punya semua syarat untuk mendominasi pasar kelapa global.

Untuk mewujudkannya, konsistensi dalam menjalankan inisiatif strategis adalah kunci.

Terutama, Indonesia harus lanjutkan peremajaan perkebunan dan hilirisasi untuk bangun industri kelapa berkelanjutan yang memberi manfaat maksimal bagi ekonomi.

MEMBACA  Presiden RI Lantik Menteri Haji dan Umrah Pertama

Untuk sukseskan upaya ini, perlu ekosistem pendukung melalui kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan petani.

Dengan begitu, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai produsen dan eksportir kelapa, tapi juga pusat rantai pasok kelapa global.

Hal ini akan memungkinkan "pohon kehidupan" memberi kontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional.

Dengan strategi yang tepat, ambisi Indonesia menjadi raja kelapa sangat mungkin tercapai.

Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025