Klaster Erwela: Merajut Asa dan Prestasi Bersama BRI. Foto: SINDOnews/Susanto
JAKARTA – Di tengah hiruk-pikuk kota, sekelompok ibu-ibu di RW 08, Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, menemukan cara kreatif untuk berdaya. Dengan mengolah limbah rumah tangga dan mengembangkan keterampilan merajut , mereka membentuk Erwela—komunitas usaha yang kini semakin dikenal luas.
Upaya mereka bukan sekadar atas inisiatif ekonomi, tetapi juga gerakan kesadaran lingkungan yang telah mendapatkan puluhan penghargaan, termasuk dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta atas keberhasilan mereka dalam mengelola limbah secara inovatif.
Berawal dari keprihatinan terhadap sampah rumah tangga yang kurang termanfaatkan, kelompok ini mulai mengolah limbah plastik, minyak jelantah, hingga kain bekas menjadi produk bernilai jual. Ketua RW 08, Taufik, yang turut mendukung inisiatif ini, menyebut bahwa perannya lebih banyak berkaitan dengan penyediaan fasilitas dan pemasaran.
“Peran saya menyediakan tempat, saya hadir, dan membantu mencari cara memasarkan produk ini lebih luas,” ujar Taufik, .
Seiring berjalannya waktu, ibu-ibu di Klaster Erwela mulai menekuni kerajinan rajut sebagai produk unggulan mereka. Dari tas tangan hingga dompet rajut, produk-produk ini berhasil menarik perhatian dalam berbagai pameran dan bazar.
“Belum lama ini ada yang besanan satu kampung pakai produk Erwela. Lalu, saat pembukaan event lokal, kami display produk, dan di kelurahan pun kami buka stand,” tambahnya.
Dukungan BRI dan Tantangan Pemasaran
Pimpinan Cabang BRI Kantor Cabang Lebak Bulus, Edy Siswanto (dua dari kanan) berkunjung langsung
ke klaster rajut Erwela di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa 4 Februari 2025. Foto: SINDOnews/Susanto
Keseriusan Klaster Erwela dalam mengembangkan usaha kreatif mereka mendapat dukungan dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sekitar tahun 2024, kelompok rajut Erwela mendapatkan bantuan berupa mesin jahit, mesin obras, dan mesin rajut melalui program Klasterku. Bantuan ini menjadi titik balik dalam meningkatkan produksi yang sebelumnya masih dikerjakan secara manual.
“Kami bersyukur mendapat bantuan mesin jahit dari BRI. Sebelumnya, semua produksi masih dilakukan dengan tangan, sekarang tentu lebih cepat dengan mesin,” kata Taufik.
Namun, tantangan utama yang masih dihadapi kelompok ini adalah pemasaran. Sejauh ini, mereka mengandalkan bazar, event, dan media sosial sebagai sarana penjualan. Heni Nuryani, salah satu anggota Klaster Erwela, berharap ada lebih banyak dukungan dalam aspek pelatihan dan pemasaran.
“Kami mulai usaha ini secara otodidak, belajar dari YouTube. Harapannya, nanti ada pelatihan resmi dan bantuan pemasaran agar produk kami lebih dikenal luas,” ujar Heni.
Selain produk rajutan, kelompok ini juga terus berinovasi dalam pengolahan limbah rumah tangga. Mereka membuat tempat tisu dari botol plastik, pot tanaman bergambar karakter dari galon air mineral, hingga minuman herbal seperti jahe dan lemon serai yang cukup diminati masyarakat. Pada pameran BRI pertama di Meruyung dan cabang Lebak Bulus, Klaster Erwela berhasil mencatat omzet Rp1,8 juta dari penjualan produk rajut dan 100 botol lemon serai.
Menginspirasi Kesadaran Lingkungan dan Pemberdayaan Perempuan
Lebih dari sekadar komunitas usaha, Klaster Erwela menjadi bagian dari gerakan kesadaran lingkungan di RW 08. Keberhasilan mereka dalam mengolah limbah tidak hanya diakui secara lokal, tetapi juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. RW 08 telah memborong puluhan penghargaan, termasuk dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, berkat inisiatif mereka dalam mengubah sampah menjadi sumber ekonomi.