Melestarikan Keberadaan Layang-Layang Dandang Kalimantan Selatan di Angkasa

Ratusan orang berkumpul di bawah terik matahari di Pantai Batakan Baru, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, untuk menghadiri Festival Layang-Layang Dandang 2025.

Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan dari mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, dan Perancis.

Tahun ini, acara tahunan yang diselenggarakan pada 30 hingga 31 Agustur ini menampilkan penerbangan 900 layang-layang tradisional raksasa khas Kalimantan Selatan yang dikenal sebagai layang-layang Dandang, sekaligus memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Rekor sebelumnya dipegang oleh Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, dengan sekitar 300 layang-layang yang diterbangkan.

Para peserta festival membawa serta layang-layang raksasa mereka dengan desain unik, yang menampilkan karakteristik khas daerah masing-masing melalui ilustrasi dan warna.

Tak lama setelah acara dibuka oleh Bupati Tanah Laut Rahmat Trianto, ratusan peserta dari berbagai komunitas layang-layang memamerkan layangan dan keahlian mereka menerbangkannya.

Mereka menerbangkan layang-layang secara berkelompok, dengan setiap orang memiliki tugasnya masing-masing: dua hingga tiga orang memegang layang-layang raksasa di dekat garis pantai sementara beberapa lainnya memegang erat tali layangan dan, dengan aba-aba, berlari secepat mungkin menjauhi pantai untuk meluncurkannya.

Kusain, seorang warga Desa Kandang Lama, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut, adalah salah satu peserta acara tersebut. Meski usianya sudah lebih tua, semangatnya tidak kalah dari para pemuda di sana.

“Festival Dandang ini diadakan setiap tahun, dan lokasinya berpindah-pindah dari satu desa ke desa lainnya. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan permainan tradisional ini ke lebih banyak orang,” ujarnya.

Kusain, yang ditemani oleh anaknya, membawa layang-layang dengan motif khas etnis Banjar dari Kalimantan Selatan. Timnya menggambar figur Banjar pada layang-layang mereka dengan dominasi warna merah dan kuning.

MEMBACA  Serangan Israel di Gaza Selatan menewaskan 51 orang, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas

“Lari, nak, lari!” teriaknya kepada anaknya, yang sedang berusaha menerbangkan sebuah layang-layang berukuran mini.

Setelah ratusan layang-layang berhasil diterbangkan, langit biru di atas pantai pun dihiasi oleh jajaran layang-layang warna-warni yang indah.

Meskipun ada hadiah untuk 15 layang-layang terpilih, para peserta memilih untuk bersantai dan menikmati suasana. Lebih dari hadiah uang jutaan rupiah, ada tujuan yang lebih besar dalam partisipasi mereka: melestarikan tradisi lokal.

Warisan Budaya Tak Benda

Berat layang-layang Dandang bervariasi, dengan lebar sayap antara 4 hingga 9 meter dan panjang yang bisa mencapai 10 meter. Karenanya, para penerbang harus berlari puluhan meter sambil menarik tali layangan untuk meluncurkannya.

Permainan tradisional Kalimantan Selatan ini awalnya berasal dari kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan.

Karena keunikkannya dan didukung oleh komitmen pemerintah daerah untuk melestarikannya, layang-layang Dandang, yang dijuluki “The Flying Giant” karena ukurannya yang besar, telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2024, bersama dengan lima warisan budaya lainnya dari Kalimantan Selatan.

Layang-layang ini juga telah dipromosikan di panggung global oleh sebuah tim penerbang dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan melalui partisipasinya dalam Fanø International Kite Fliers Meeting di Pulau Fanø, Denmark, pada 14–21 Juni 2025.

Dampak Ekonomi

“Festival Layang-Layang Dandang bukan sekadar kegiatan seni dan budaya. Ini adalah bentuk komitmen dari pemerintah daerah untuk meningkatkan potensi pariwisata daerah,” kata Bupati Tanah Laut Rahmat Trianto.

Karena antusiasme peserta yang tinggi setiap tahunnya, Festival Layang-Layang Dandang telah memberikan dampak positif yang konkret bagi pendapatan warga lokal, khususnya mereka yang bergerak di sektor usaha mikro dan kecil, dari pedagang kaki lima hingga penjual cendera mata.

MEMBACA  Ingin Menonton Korea Selatan Vs Timnas U-23 Indonesia Bersama-sama? Ayo Nobar di Balai Kota

Seorang penjual bakso, Muhammad Yusuf, terlihat antusias saat memarkir gerobaknya sambil menunggu pelanggan di dekat sebuah pohon. Dengan handuk kecil yang digantungkan di lehernya, ia sesekali mengusap keringat di dahinya sambil melayani pelanggan.

Dari menjual bakso di festival tersebut, Yusuf, yang biasanya hanya mendapat untung sekitar Rp150 ribu, mampu meraup keuntungan yang jauh lebih tinggi, melebihi Rp600 ribu.

Memang, Kalimantan Selatan patut bangga karena berkat kreativitas warganya, provinsi ini telah mendapatkan popularitas yang lebih besar secara nasional dan internasional melalui permainan tradisionalnya.

Oleh karena itu, pemerintah daerah terus berupaya melestarikan warisan budaya dengan menyelenggarakan festival layang-layang setiap tahun. Dalam hal ini, Bupati Tanah Laut menegaskan komitmennya untuk mencetak rekor MURI yang lebih tinggi, bahkan mencapai ribuan layang-layang.

Mereka yang aktif terlibat dalam permainan tradisional ini juga harus bangga dengan karya para seniman layang-layang. Bahkan, beberapa peserta asing di festival itu memuji desain unik layang-layang Dandang, yang tidak hanya besar ukurannya tetapi juga menampilkan identitas etnis dan budaya.

Para seniman layang-layang tersebut diharapkan dapat melestarikan warisan budaya ini dan memperkenalkannya kepada generasi muda untuk memastikan layang-layang Dandang terus terbang di langit, sekarang dan di masa depan.

Berita terkait: Festival layang-layang Jogja menarik minat pengunjung global ke Parangkusumo
Berita terkait: Desa Mundu Pesisir di Cirebon menyelenggarakan Festival Layang-Layang Internasional

Penerjemah: Tumpal Andani, Raka Adji
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025