Denpasar (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) menampilkan unsur budaya, termasuk dari Bali, dalam desain uang kertas rupiah sebagai bentuk apresiasi nasional terhadap warisan budaya Indonesia yang kaya.
"Nilainya artistik tertanam dalam rupiah," kata Indra Gunawan Sutarto, penasihat di Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, di Denpasar pada Rabu.
Simbol budaya yang ada di rupiah mencakup Tari Legong dan bunga kamboja, yang muncul di uang Rp50 ribu dari emisi 2022.
Sutarto menjelaskan bahwa uang berwarna biru itu mencerminkan filosofi bank sentral. Ketepatan gerakan penari Legong melambangkan perencanaan teliti yang dibutuhkan dalam penerbitan uang.
Keanggunan tari itu mencerminkan kebanggaan pada rupiah sebagai simbol kedaulatan nasional, sementara disiplin dan harmoni penari mewakili komitmen dan kerjasama BI dalam mendistribusikan uang berkualitas di seluruh Indonesia.
Sementara itu, pakar budaya Bali Prof. Dr. I Made Bandem mencatat bahwa Legong berkembang dari tarian sakral Sanghyang Dedari. Pada 2015, Tari Legong diakui resmi oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
"Dalam konteks rupiah, kekuatan Indonesia tidak hanya ada di ekonomi dan politik, tapi juga pada warisan budaya yang hidup dan mulia," ujarnya.
BI secara berkala meninjau desain uang kertas untuk meningkatkan pengenalan, memperkuat fitur keamanan dengan teknologi terbaru agar tidak mudah dipalsukan, dan memperbaiki material agar lebih awet.
Selain jadi simbol budaya, rupiah terus berkembang mengikuti zaman, terutama di era digital.
Salah satu kebijakan BI untuk mendukung sistem pembayaran lancar adalah penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), yang mempermudah transaksi jadi lebih praktis.
Berita terkait: Minister hopes well-preserved Balinese culture serves as a model
Penerjemah: Dewa, Azis Kurmala
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025