Lima Wilayah di Bali Terendam Banjir Usai Hujan Berhari-hari Akibat Sistem 93S

Denpasar (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali melaporkan bahwa banjir yang terkait dengan Gangguan Tropis 93S telah memengaruhi lima dari sembilan kabupaten dan kota di pulau itu sejak Kamis lalu.

Kepala BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, mengatakan pada Selasa bahwa dampaknya terjadi secara berturut-turut dengan cepat: banjir pertama melanda Karangasem, dilanjutkan Denpasar dan Badung pada Minggu (13/12), lalu Gianyar dan Jembrana pada Senin (15/12).

Ia memperingatkan bahwa kondisi cuaca tidak stabil mungkin berlanjut untuk beberapa hari ke depan, meskipun sistem gangguan itu telah bergerak menjauh dari khatulistiwa.

Di Karangasem, luapan sungai memengaruhi 50 rumah tangga dan dua gedung sekolah. Denpasar mencatat 20 titik banjir, sementara Badung melaporkan 14 titik, yang mencerminkan pola curah hujan yang bervariasi dibandingkan dengan banjir besar yang melanda Bali pada September lalu.

Gianyar mengalami kondisi yang cukup parah, dengan ketinggian air melebihi satu meter di beberapa jalan utama dan menyebabkan robohnya tembok rumah warga yang menghalangi akses jalan umum. Satu orang terluka, dan meskipun tidak ada perintah evakuasi, banyak rumah terendam air.

“Ini adalah zona risiko banjir yang sudah diketahui, tetapi skalanya meningkat. Yang dulunya setinggi bawah lutut, sekarang sudah mencapai pinggang,” kata Gede Teja.

Di Jembrana, banjir melanda empat desa, disertai pohon tumbang dan gangguan di sepanjang jalan raya utama Denpasar–Gilimanuk.

Dalam lima hari terakhir, BPBD mencatat satu korban jiwa, seorang wanita asing yang identitasnya masih dikonfirmasi. Dia diduga terseret arus setelah terpeleset saat mengendarai sepeda motor.

BPBD mencatat bahwa Gangguan Tropis 93S berperilaku berbeda dari kejadian Gelombang Rosby yang memicu banjir besar Bali di September, tetapi pengaruhnya terhadap curah hujan dan intensitas angin masih perlu dipantau dengan ketat.

MEMBACA  Gunung Awu masih aktif, warga diingatkan

Ke depan, para pejabat menekankan bahwa Bali harus memperkuat ketahanannya terhadap pola cuaca yang semakin tidak menentu. Di luar curah hujan ekstrem, mereka mengakui bahwa kapasitas lingkungan dan keterbatasan infrastruktur—termasuk sistem drainase dan tata ruang—telah memperbesar dampak banjir baru-baru ini.

“Lingkungan belum mampu mengalirkan air dengan efektif. Tata ruang dan sistem drainase kita memerlukan perbaikan secara teknis untuk menghadapi tingkat curah hujan seperti ini,” ujar Gede Teja.

Berita terkait: Wanita asing tak dikenal ditemukan tewas setelah banjir di Bali

Berita terkait: Gubernur bantah Bali terima dana bantuan banjir dari Timor Leste

Berita terkait: Indonesia alokasikan Rp8 miliar untuk perbaikan kerusakan banjir Bali

Penerjemah: Ni Putu Putri Muliantari, Aditya Eko Sigit Wicakso
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025

Tinggalkan komentar