Ledakan Garam NTB: Hilirisasi Pacu Swasembada 2027

Mataram, NTB (ANTARA) – Bagi banyak orang, garam cuma dianggap bahan pokok dapur yang nambah rasa makanan. Padahal, garam punya peran penting di industri bernilai tinggi seperti makanan, farmasi, dan kimia.

Untuk itu, hilirisasi garam—mengubah garam mentah menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi—didorong untuk perkuat ekonomi pesisir.

Dengan garis pantai yang panjang dan banyaknya tambak garam, Nusa Tenggara Barat (NTB) punya posisi strategis untuk buktikan bahwa garam tawarkan masa depan cerah.

Di Bima, Dompu, dan Lombok Timur, masyarakat pesisir udah lama andalkan garam sebagai tumpuan ekonomi. Tapi, sebagian besar garam masih dijual mentah, yang nurunin nilai ekonominya.

Dalam beberapa tahun terakhir, inisiatif hilirisasi garam udah mulai terbentuk di NTB, ditandai dengan berdirinya beberapa pabrik pengolahan di Bima dan Lombok.

Lewat pencucian, pengeringan, dan pengemasan, garam jadi lebih bersih, higienis, dan siap penuhi standar industri.

Pemakaian teknologi dalam proses ini nggak cuma ningkatin kualitas, tapi juga naikin harga jual, bikin petani dapet penghasilan lebih baik.

Tapi hilirisasi bukan cuma soal teknologi. Perlu dibangun ekosistem industri terpadu dari hulu ke hilir.

Tanpa bahan baku berkualitas dari tambak lokal, pabrik kesulitan hasilkan barang yang penuhi kebutuhan industri.

Begitu juga, tanpa jaringan distribusi yang efisien, garam olahan nggak bisa sampai ke pasar tepat waktu. Karena itu, hilirisasi butuh transformasi menyeluruh dalam produksi dan perdagangan.

Produksi dan Permintaan

Meski ada kemajuan, masih ada kesenjangan besar antara produksi dan permintaan. Kapasitas produksi masih terbatas, rantai distribusi kurang tertata, dan kualitas garam dari petani kecil beragam.

Secara nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan proyeksikan permintaan garam mentah tahun 2025 capai 4,9 juta ton, sama seperti tahun sebelumnya. Di tahun 2023, permintaannya sedikit lebih tinggi sekitar 5 juta ton, dengan lebih dari 3 juta ton diserap sektor industri.

MEMBACA  Keterangan Bawaslu dalam Sidang Lanjutan 8 Kasus PHPU Pileg 2024 Setelah Keputusan MK

Di sisi pasokan, Rencana Nasional 2025 perkirakan produksi garam nasional 2,25 juta ton, dengan cadangan sekitar 836 ribu ton—hanya penuhi sekitar 63 persen permintaan.

Di tahun 2024, produksinya mencapai 2,04 juta ton, lewati target 2 juta ton.

Dari total ini, kontribusi NTB di 2025 diproyeksikan 180 ribu ton, lebih tinggi dari 150 ribu ton di 2024 dan 140 ribu ton di 2023.

Meski meningkat, volumenya masih jauh dari permintaan nasional, yang tunjukkan Indonesia masih tergantung pada impor.

Dalam hal ini, hilirisasi garam harus jadi jembatan. Dengan pengolahan yang tepat, garam NTB bisa masuk industri makanan dan farmasi—bahkan sampai ke pasar ekspor.

Tapi, jalan menuju swasembada masih panjang. Tantangan seperti kualitas bahan baku, akses modal, keterbatasan SDM, dan praktik bisnis harus diatasi.

Tanpa perhatian serius, potensi besar NTB berisiko nggak termanfaatkan dengan baik.

Faktor lingkungan juga berperan. Perubahan iklim ganggu musim panen, dengan periode kemarau yang pendek atau hujan lebih awal nurunin hasil tambak.

Pengelolaan lahan yang buruk bisa lebih melemahkan produktivitas. Untuk stabilkan kualitas dan minimalkan kerugian akibat cuaca, penggunaan geomembran dan teknologi pengolahan modern semakin penting.

Kolaborasi

Hilirisasi garam bukan cuma masalah industri; ada dimensi sosialnya juga.

Meningkatkan nilai garam lewat hilirisasi nggak cuma naikin pendapatan petani, tapi juga martabat mereka.

Garam berkualitas tinggi naikkan peran mereka dari sekedar supplier bahan mentah jadi peserta dalam rantai industri bernilai tinggi.

Tapi, kesuksesan nggak bisa dicapai satu pihak saja. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan swasta, koperasi, dan petani adalah kuncinya.

Misalnya di Bima, sebuah pabrik udah bermitra dengan kelompok tani untuk amankan pasokan bahan baku. Di Lombok, teknologi geomembrane diperkenalkan lewat program bantuan pemerintah.

MEMBACA  Tarian Viral Pacu Jalar Menyemarakkan HUT Kemerdekaan di Istana Merdeka

Contoh-contoh ini tunjukkan bagaimana dukungan teknis, pendanaan, dan akses pasar bisa bekerja sama untuk atasi kesenjangan produksi dan kualitas.

Hilirisasi juga berdampak pada SDM. Diperlukan pekerja terampil untuk pengolahan, pengemasan, dan pemasaran. Pelatihan dan pendampingan untuk petani dan pekerja pabrik adalah investasi jangka panjang untuk pastikan industri garam NTB bisa mandiri.

Dengan skill yang lebih kuat, petani bisa tingkatkan kualitas produksi dan dapet posisi tawar lebih baik, sementara pabrik bisa hasilkan produk yang konsisten dan diterima industri.

Target swasembada garam Indonesia tahun 2027 bukan cuma soal angka—tapi juga tentang orang-orang di belakang prosesnya.

Setiap langkah kecil hari ini, dari modernisasi tambak, penguatan koperasi, sampai pengembangan SDM, akan bentuk masa depan.

Di tambak garam Bima dan Lombok, garam mentah siap diubah jadi produk bernilai tinggi.

Dengan dukungan yang tepat, NTB bisa jadi penggerak utama dalam capai swasembada garam, sekaligus jadi simbol transformasi sosio-ekonomi masyarakat pesisir.