Jakarta (ANTARA) – Kebijakan Indonesia yang melarang impor beras telah berkontribusi pada penurunan harga beras global, ujar Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan pada Selasa.
“Saat saya menjabat sebagai menteri perdagangan, harga beras global berada di angka US$650 per ton. Setelah kami terapkan larangan impor, harganya turun dibawah US$400. Kebijakan kami punya dampak global,” kata Hasan.
Dia menyebutkan Indonesia sebelumnya termasuk salah satu pengimpor beras terbesar dunia sebelum berganti kebijakan dengan mendorong produksi dalam negeri di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Hasan mencatat Indonesia mengimpor 4,5 juta ton beras tahun lalu, sementara di tahun 2025 negara ini mencatat surplus 4,7 juta ton. Perusahaan logistik negara Bulog saat ini menyimpan sekitar 3,7 juta ton beras.
Data dari Kementerian Koordinator Bidang Pangan menunjukkan produksi beras nasional mencapai 34,77 juta ton tahun ini, meningkat 13,54 persen dari tahun lalu.
Kementerian itu juga mencatat produksi jagung mencapai 16,55 juta ton tahun ini, naik 9,34 persen dari 2024.
Hasan menghubungkan peningkatan ini dengan penyederhanaan regulasi, khususnya dalam pengadaan dan distribusi pupuk bersubsidi, yang memungkinkan petani menerima pasokan sesuai jadwal tanam.
“Petani sekarang bisa dapat pupuk sebelum musim tanam. Ini berdampak signifikan pada produksi beras nasional,” ujarnya.
Indonesia diperkirakan akan mencapai swasembada beras pada awal tahun 2026, tambah Hasan.
Berita terkait: Pemerintah pastikan keamanan pangan saat bantuan mengalir ke Sumatra yang terdampak banjir
Berita terkait: Swasembada beras dan jagung bawa harapan baru untuk ketahanan pangan RI
Penerjemah: Maria C, Tegar Nurfitra
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025