Jakarta (ANTARA) – Ruang terbuka hijau (RTH), terutama di daerah ibu kota yang padat penduduk, memiliki peran penting bagi masyarakat dan lingkungan. Manfaat yang ditawarkan oleh RTH meliputi berfungsi sebagai paru-paru kota, menurunkan suhu udara, memberikan suasana sejuk, dan mempercantik ruang tata kota perkotaan. Penggunaan RTH diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa sekitar 30 persen dari area perkotaan harus memiliki RTH.
Kecamatan Pondok Kopi di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, telah berpartisipasi dalam kesuksesan program RTH dengan memanfaatkan lahan hijau yang telah digunakan sebagai taman atau lahan untuk reboisasi yang produktif. Wakil Kepala Kecamatan Duren Sawit, Sri Sundari, menyatakan bahwa pemanfaatan lahan hijau merupakan hal yang menjadi perhatian bagi Duren Sawit bersama para lurah kecamatan.
Duren Sawit memiliki program Tancap Duit (Tanam Cabai, Bawang, di Duren Sawit) di sepanjang Kanal Banjir Timur (KBT) dan diharapkan dapat mendukung ekonomi masyarakat sekitar serta memanfaatkan lahan hijau. Sundari bermaksud untuk terus memperluas penggunaan lahan hijau selain yang saat ini ada di ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA), kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan beberapa tempat ibadah, termasuk masjid, musala, dan gereja.
“Kami berencana untuk memperluas ke wilayah H. Dogol dan lahan kosong yang belum dimanfaatkan,” ujar Sundari. Setiap kecamatan memiliki lokasi Titik Pengaturan Paling Utama, sebuah program pemerintah berupa pemanfaatan lahan hijau yang belum terorganisir, dan setiap tahun, pengaturan dilakukan di empat lokasi.
Selama periode 2022-2023, tujuh kecamatan di Duren Sawit mengatur lahan kosong setiap tiga bulan, sehingga totalnya menjadi 56 lokasi. “Tahun ini, ada satu lokasi tambahan,” ungkapnya. Hasil panen dari lahan hijau di Duren Sawit terdiri dari cabai, bawang, tomat, dan terong, dan setiap kecamatan menghasilkan panen yang berbeda.
“Poinnya adalah untuk kebutuhan dapur karena salah satu tujuan program ini adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tegasnya. Masyarakat dan pedagang kecil biasanya membeli hasil panen tersebut, karena harganya lebih murah dibandingkan harga pasar.
Menurut Sundari, penggunaan lahan hijau di Duren Sawit tidak hanya untuk makanan tetapi juga terdapat taman yang berisi tanaman hias, tempat penangkaran kupu-kupu, dan sudut baca. “Ada juga kebun binatang mini yang berisi burung dan ikan di Kecamatan Pondok Kelapa,” tandasnya. Sundari menyatakan bahwa bersama dengan Kecamatan Pondok Kopi, dia berencana untuk meluncurkan program BONCARA JAYA, yaitu Abon Cabai Rawit Rawa Jaya, yang merupakan salah satu inovasi dari panen.
Sementara itu, Kepala Kecamatan Pondok Kopi, Hardi Ananda, menyatakan bahwa Pondok Kopi adalah salah satu kecamatan yang paling banyak berkontribusi dalam produksi cabai di Jakarta Timur. Dia menjelaskan bahwa fokusnya adalah pada tanaman cabai, karena cabai adalah salah satu komoditas yang memengaruhi inflasi di daerah tersebut.
“Dengan memanen cabai, berarti kita dapat berkontribusi untuk mencegah inflasi regional yang lebih tinggi di masa depan,” ujarnya. Sebelumnya, Pondok Kopi telah memanen sayuran, seperti kangkung, sawi, gambas, dan terong, yang memiliki waktu panen yang lebih cepat sekitar setiap dua hingga tiga minggu.
Tanaman produktif cabai, bawang, kangkung, sawi, gambas, antara lain, ditanam di RPTRA Rawa Jaya, RPTRA Arabika, RPTRA Peson, dan baru-baru ini, di sisi KBT, katanya. Sejauh ini, sekitar empat lahan hijau berada dalam tahap produksi, salah satunya adalah RPTRA Rawa Jaya yang menghasilkan panen cabai hampir setiap seminggu sekali.
“Di RPTRA Rawa Jaya, terdapat 39 kali panen cabai, dengan total sekitar 200 kg,” ujar Ananda. Cabai yang dipanen di RPTRA dimaksudkan untuk didistribusikan atau dijual kepada masyarakat setempat dan ditawarkan dengan harga yang jauh lebih murah dari harga pasar.
Misalnya, ketika harga cabai di pasar mencapai Rp90 ribu-100 ribu, panen cabai RPTRA dijual seharga Rp50 ribu per kilo. “Cabai yang dipanen di Pondok Kopi memiliki kualitas yang cukup baik. Tingkat kepedasannya luar biasa. Hasil panen juga luar biasa,” ujar Ananda. Ananda mengatakan bahwa saat ini, dia akan melakukan ekstensifikasi lahan hijau di KBT, yang memiliki lahan yang cukup luas untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan lahan di kawasan Pondok Kopi, seperti yang diungkapkan oleh Sundari, bukan hanya untuk lahan produktif tetapi juga untuk lahan yang memiliki nilai estetika dan dapat dinikmati oleh warga.
Masyarakat setempat diharapkan dapat menjaga kebersihan di lahan hijau dan meniru atau menggandakan pelaksanaan program pemanfaatan lahan hijau. Ananda mengatakan bahwa dia akan lebih agresif dalam memberikan informasi tentang program pemanfaatan lahan hijau kepada masyarakat. KBT adalah lahan yang subur, tetapi proses penanaman dan penaburan memerlukan penanganan khusus, seperti media tanam yang baik dan pemberian pupuk humus.
“Sebenarnya, mudah untuk mengubah limbah hewan dan sisa tanaman menjadi pupuk. Kami telah melakukannya, dan tidak perlu membelinya,” katanya. Menurut Ananda, anggota masyarakat harus memiliki pengetahuan, sehingga program penanaman tidak sia-sia dan menjadi lebih produktif di masa depan.
Selain itu, salah satu kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kecamatan Jatinegara, Cakung, Jamila, menyatakan bahwa penggunaan lahan hijau di daerahnya menghasilkan panen tanaman, seperti kangkung, sawi, dan bayam, dengan satu panen mencapai hampir 20 kg. Saat ini, fokus di wilayah ini lebih pada sayuran daripada cabai.
“Pernah ada tanaman cabai dan jagung, tetapi orang kehilangan karena kebunnya berada di pinggir jalan,” katanya. Hal yang sama juga teramati di tempat lain, dengan panen biasanya dibeli oleh warga setempat. Selain tanaman sayuran, terdapat juga tanaman Toga (tanaman obat keluarga), seperti jahe dan lidah buaya.
Jamila berharap bahwa penggunaan lahan kosong akan memberikan contoh kepada warga setempat untuk meningkatkan pendapatan mereka selain panen yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. “Hambatannya adalah modal untuk membeli benih, pupuk, dan perawatan tanaman. (Ini) agar, di lingkungan kami, kami hanya memiliki tanaman ringan,” ujarnya. Menurut Jamila, penggunaan lahan hijau di daerah lain di Kecamatan Cakung juga menghasilkan tanaman, seperti anggur, cabai rawit, dan stroberi.
Jamila mengakui mendukung program pemanfaatan lahan hijau pemerintah, karena selain mempercantik area, lahan hijau juga dapat memberikan peluang bagi warga untuk berkreasi di sektor makanan.
Berita terkait: Presiden menyarankan rumah tangga untuk menanam makanan untuk memenuhi kebutuhan sendiri
Berita terkait: Petani cabai, industri harus bekerja sama untuk menstabilkan harga
Editor: Arie Novarina
Hak cipta © ANTARA 2024