Sekelompok petani di Kabupaten Malang, Jawa Timur, telah mengembangkan ‘Living Lab’ berbasis masyarakat. Ini adalah solusi pertanian hortikultura untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Mereka adalah peserta program Desa Smart-Eco Farming Tawangargo (TAMENG) yang diinisiasi oleh perusahaan pupuk milik negara, Petrokimia Gresik. Diluncurkan pada tahun 2022, program ini melibatkan 35 petani dari kelompok Agronova Vision. TAMENG mempromosikan teknik pertanian yang cerdas iklim untuk memastikan keberlanjutan dan menaikkan pendapatan petani.
Salah satu pesertanya, Karmukit, mengatakan Living Lab ini digerakkan oleh komunitas. Para petani tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai kontributor aktif yang melakukan penelitian dan uji coba di dunia nyata untuk pertanian berkelanjutan.
Dia menambahkan bahwa TAMENG telah menjadi platform bagi petani, peneliti, pelajar, dan masyarakat untuk berkolaborasi mencari solusi pertanian. Ide-ide diuji, teknologi sederhana diterapkan, dan inovasi lahir dari usaha bersama untuk memajukan praktik pertanian berkelanjutan.
Menurut Karmukit, program ini telah berkembang menjadi pusat penelitian berbasis masyarakat. Kegiatan pertanian dan peternakan sekarang terintegrasi dengan wisata edukasi, mengubah desa menjadi pusat inovasi dan inspirasi untuk masa depan pertanian Indonesia.
Inovasi terus berlanjut dengan penggunaan panel surya untuk menggerakkan pompa air, irigasi tetes, dan penyemprot. TAMENG juga mengoperasikan fasilitas pengelolaan limbah yang membantu mengolah sampah organik dan anorganik.
Limbah panen diubah menjadi plant booster, agen hayati, dan pakan ternak. Sayuran yang bisa dimakan diolah oleh istri-istri petani menjadi makanan ringan seperti mi, keripik, dan manisan, yang dijual di warung-warung lokal.
Sampah anorganik ditangani oleh bank sampah setempat dan dijual ke pelaku daur ulang, sementara limbah berbahaya dipisahkan untuk keamanan. Petani juga telah mendiversifikasi pendapatan mereka dengan beternak domba, ikan, dan azolla, serta membudidayakan cacing untuk kompos dan pakan ikan.
Kawasan TAMENG juga telah menjadi situs agrowisata edukatif, di mana pengunjung dapat memetik sayuran dan buah segar, serta mengikuti pelatihan dasar tentang hortikultura dan pertanian ramah lingkungan.
“Living Lab ini menjadikan TAMENG sebagai ekosistem hortikultura terpadu yang memperkuat kemandirian petani dan mendukung swasembada pangan nasional,” kata Karmukit.