Kurikulum Merdeka: Peran Orang Tua di Pusaran Reformasi Pendidikan

Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Menteri Nadiem Makarim, pada Puncak Festival Kurikulum Merdeka 2023 di Jakarta pada Juni 2023, memperjuangkan pemahaman menyeluruh daripada liputan yang tergesa-gesa tentang topik-topik dalam Kurikulum Merdeka untuk mengubah pendidikan.

“Kurikulum Merdeka berfokus pada kedalaman pembelajaran daripada kecepatan. Oleh karena itu, guru tidak lagi harus terburu-buru menyelesaikan materi pembelajaran untuk melompat ke banyak materi lainnya,” ujar Makarim.

Menteri juga menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka, atau Kurikulum Kebebasan dalam terjemahan harfiahnya, adalah salah satu inisiatif pemerintah yang diharapkan dapat membantu Indonesia mengatasi masalah yang berkaitan dengan krisis pembelajaran dan kerugian belajar yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

Kurikulum ini, yang secara bertahap diterapkan sejak tahun 2021, juga menetapkan bahwa memberikan pendidikan yang layak bagi anak bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, karena orang tua juga berhak untuk membimbing anak-anak dalam perjalanan belajar mereka di rumah.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia telah memperlihatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka dengan mengatur pameran digital berjudul “Potret Cerita Kurikulum Merdeka” sebagai bagian dari Festival Kurikulum Merdeka 2024.

Di pameran digital tersebut, orang dapat melihat berbagai gambar dan video yang dikirim oleh guru, siswa, dan orang tua. Dalam kategori orang tua, kementerian menampilkan 45 gambar dan video yang menceritakan kisah inspiratif tentang upaya orang tua untuk mendidik anak-anak mereka di rumah, melengkapi pelajaran yang ditawarkan oleh sekolah untuk memberikan pendidikan secara lebih efektif.

Kementerian mengadakan pameran online ini untuk menyoroti perlunya semua pihak memainkan peran aktif dalam proses pendidikan untuk menghasilkan bakat-bakat yang akan mendekatkan bangsa ini pada visi Indonesia Emas 2045.

MEMBACA  Ketua KPU Memberikan Komentar mengenai Isu Jokowi Cawe-cawe di Pilkada 2024

Dari 45 karya kreatif yang dipamerkan, enam telah diunggulkan sebagai cerita pilihan, dengan simbol bintang ditempatkan di sudut kiri atas gambar miniatur mereka. Salah satu cerita yang dipilih adalah gambar, berjudul “Cerita Menyenangkan dengan Ayahku,” yang dikirim oleh Tri Sujarwo dari Kota Metro, Lampung.

Gambar tersebut menggambarkan Tri menggunakan boneka tangan bernama Bruno untuk melakukan ventriloquism untuk bercerita kepada putranya, Albiruni. Tri mengatakan bercerita dengan boneka dapat membantu mencerahkan cerita, membuatnya lebih menarik bagi anaknya.

Dia menyatakan bahwa ventriloquism telah memudahkan anaknya memahami nilai moral yang selalu dimasukkan ke dalam setiap cerita yang diceritakannya, menghilangkan rasa di atas angin.

Menurut Tri, bercerita dapat dianggap sebagai salah satu pilihan terbaik bagi orang tua untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka pemerintah, yang menekankan perlunya orang tua memainkan peran yang lebih besar dalam memperkaya pengetahuan anak di luar sekolah.

Cerita lain yang dipilih diajukan oleh Hastuti Madyaning Utami, seorang ibu dari Banjarnegara Jawa Tengah. Dalam gambar yang ditampilkan, Hastuti dan suaminya terlihat sedang membaca buku bersama anak-anak mereka, salah satunya adalah seorang balita bernama Azzam.

Hastuti mengatakan bahwa dia telah menanamkan kebiasaan membaca buku setidaknya selama 15 menit sehari kepada Azzam sejak dia berusia satu tahun.

“Saya percaya penting bagi kita membangun literasi anak-anak kita sejak usia dini, bahkan saat mereka masih bayi. Suami saya dan saya telah mendorong (Azzam) untuk memiliki setidaknya sesi 15 menit yang didedikasikan untuk membaca buku yang sesuai dengan usianya. Rutinitas ini akan berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan literasi dan numerasi anak-anak dan (membantu mereka) tumbuh sebagai pecinta belajar,” ujarnya.

MEMBACA  Aldi Taher Tidak Mau Pusing Soal Jenis Kelamin Anak Keempat, Apapun Yang Datang Disyukuri

Orang tua yang terlibat dalam membaca buku dengan anak-anak mereka mencerminkan salah satu tujuan Kurikulum Merdeka, yaitu memfasilitasi anak-anak untuk mengasah keterampilan literasi dan kapasitas numerasi mereka di rumah, yang pada gilirannya akan membantu mereka mengeksplorasi dan mengidentifikasi minat dan bakat mereka.

Kurikulum Merdeka, yang sangat menghargai kebebasan dalam belajar, bertujuan memberikan kesempatan yang luas bagi anak-anak untuk belajar dan mengeksplorasi minat, bakat, dan karakter mereka, membuka jalan bagi mereka untuk menentukan peran mereka di masa depan dan menjadi berpengaruh dalam lingkungan mereka.

Keterampilan literasi dan numerasi merupakan aspek penting dari proses pembelajaran. Dalam hal ini, melalui Kurikulum Merdeka, pemerintah Indonesia mendorong orang tua untuk mengembangkan rasa gemar yang lebih besar dalam membaca dan berhitung di kalangan anak-anak mereka sesegera mungkin di rumah.

Menteri Makarim mengungkapkan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka telah meningkatkan keterampilan numerasi siswa di seluruh Indonesia.

Di wilayah tertinggal, perbatasan, dan terluar (3T), skor rata-rata numerasi sekolah yang menerapkan kurikulum selama satu tahun berada pada angka 8,15 sementara mereka yang mengadopsinya selama dua tahun dan tiga tahun mencatat skor rata-rata masing-masing 8,79 dan 12,49.

Sementara itu, penerapan Kurikulum Merdeka selama satu tahun di sekolah di luar wilayah 3T menghasilkan skor rata-rata 10,14. Skor sekolah yang menerapkan kurikulum selama dua dan tiga tahun tercatat masing-masing 12,85 dan 13,14.

Skor tersebut secara signifikan melampaui skor 6,59 sekolah di wilayah 3T dan skor 8,99 sekolah non-3T yang masih menerapkan Kurikulum 2013.

Membimbing anak-anak untuk membangun karakter mereka sejak usia dini juga sama pentingnya, seperti yang ditunjukkan oleh Maya Rahmatina dari Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dengan gambar cerita pilihan berjudul “Aku Cinta Hewan.” Gambar tersebut menggambarkan Maya dan putrinya, Nur Mecca Medina, dengan gembira memberi makan kucing.

MEMBACA  Ledakan di pabrik gula menewaskan 11 orang di Tanzania

Meskipun terlihat sederhana, memberi makan hewan di depan anak-anak dapat membantu mereka membentuk karakter positif. Kegiatan seperti itu menunjukkan cinta terhadap hewan sebagai sesama makhluk hidup, menanamkan rasa peduli pada anak-anak. Dengan demikian, orang tua juga dapat mengharapkan agar anak-anak mereka memiliki karakter sosial yang kuat.

Pelajaran yang diberikan Maya kepada putrinya mencerminkan salah satu pendekatan yang dapat orang tua terapkan untuk membantu membangun karakter anak-anak mereka di luar kelas, sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Menurut Maya, kurikulum ini bertujuan menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan mendorong guru dan orang tua untuk menerapkan pendekatan pendidikan yang lebih ramah, yang bertujuan untuk membimbing anak-anak untuk melakukan sesuatu yang baik tanpa mengatur mereka.

Melalui karya digital kreatif yang ditampilkan dalam pameran online, pemerintah bertujuan untuk membuktikan bahwa orang tua dapat langsung terlibat dalam proses meningkatkan kapasitas belajar anak-anak mereka.

Pemerintah bertumpu pada pameran digital ini, berharap karya-karya kreatif yang ditampilkan akan menginspirasi lebih banyak orang tua untuk mengadopsi prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dengan mengambil peran yang lebih aktif dalam proses pendidikan, memperkuat ikatan dengan anak-anak mereka, dan mendukung pertumbuhan kognitif dan karakter anak-anak mereka.

Pameran online ini dapat diakses melalui https://feskurmer.kemdikbud.go.id/

Berita terkait: Pemerintah akan menerapkan Kurikulum Merdeka di wilayah 3T secara bertahap
Berita terkait: Kurikulum Merdeka untuk membangun kesadaran iklim: kementerian
Berita terkait: Kurikulum Merdeka diterapkan di 80% sekolah: Kementerian Pendidikan

Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan komentar