Jakarta (ANTARA) – Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyatakan bahwa alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) bersubsidi pemerintah untuk sektor produksi memberikan efek pengganda bagi ekonomi nasional.
Dalam sambutannya di acara Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Jakarta pada Jumat, ia mencatat bahwa porsi penyaluran KUR untuk sektor produksi hingga semester pertama 2025 telah mencapai 60,3 persen.
“Alokasi 60 persen dana KUR untuk sektor produksi menciptakan efek pengganda yang signifikan, seperti penciptaan lapangan kerja, dan memiliki dampak ekonomi,” jelas Abdurrahman.
Kementerian UMKM mencatat hingga 19 Agustus 2025, realisasi penyaluran KUR telah mencapai Rp169,2 triliun atau sekitar 52,1 persen dari target Rp300 triliun tahun ini, dengan total 2,90 juta debitur.
Dari jumlah tersebut, pinjaman sebesar Rp101,9 triliun disalurkan ke sektor produksi.
Pada kesempatan itu, menteri juga menekankan perlunya memperhatikan kualitas penyaluran KUR, bukan hanya fokus pada kuantitasnya saja.
Ia berharap porsi penyaluran KUR untuk produksi tahun ini dapat meningkat dari 60,3 persen menjadi sekitar 63-65 persen segera.
Untuk memperkuat UMKM, kementerian juga memberikan fasilitasi kepada pelaku usaha untuk mendapatkan berbagai sertifikat guna mendukung bisnis mereka, seperti sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) dan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Untuk penerbitan sertifikat, seperti sertifikat halal dan BPOM, alhamdulillah peningkatannya sangat signifikan, rata-rata mencapai di atas 50 persen hingga 100 persen,” ujarnya.
KUR diluncurkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2007 sebagai bagian dari upaya meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM.