Korban Tewas Kecelakaan Helikopter di Kalimantan Selatan Bertambah Jadi Delapan Jiwa

Banjarmasin, Kalsel (ANTARA) – Jenazah delapan korban tewas dalam kecelakaan helikopter di Kalimantan Selatan tiba pada Jumat dini hari di unit Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polda Kalsel di Banjarmasin.

Enam ambulans mengangkut para korban dari lokasi kejadian, yang berada di area pegunungan berhutan yang terpencil di Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu. Lima kendaraan membawa jenazah, sementara satu lagi mengawal iring-iringan.

Satu ambulans mengangkut dua korban. Untuk mempercepat proses pemindahan, setiap ambulans diparkir mundur sehingga pintu belakangnya menghadap ke gedung DVI.

Polisi dan anggota Badan Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kalsel membantu memindahkan jenazah ke dalam fasilitas. Wartawan lokal dan nasional hadir untuk meliput kedatangan ini, yang menyusul misi evakuasi yang sulit di medan terjal dan berhutan lebat.

Reruntuhan helikopter ditemukan pada Rabu dekat Air Terjun Mandin Damar, pada koordinat 03°05’6” LS – 115°37’39.07” BT, sekitar 700 meter dari lokasi yang sebelumnya dilaporkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

“Satu jenazah ditemukan sekitar 100 meter dari reruntuhan. Tujuh lainnya ditemukan di dalam atau dekat helikopter,” kata Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama Yudhi Bramantyo.

Tim penyelamat darat dikerahkan untuk membantu evakuasi. Yudhi mencatat bahwa operasi pencarian bersama melibatkan Basarnas, TNI, polisi, unit tanggap bencana, dan relawan masyarakat, dengan dukungan kuat dari lokal.

Ia menekankan bahwa operasi akan dilanjutkan dengan keselamatan sebagai prioritas utama. Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan.

Helikopter BK117 D3, yang dioperasikan oleh Eastindo Air, dilaporkan hilang pada Senin, 1 September, tak lama setelah lepas landas dari Kotabaru pada pukul 08.46 waktu setempat.

Penerbangan tersebut menuju ke Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pesawat kehilangan kontak delapan menit setelah lepas landas, dengan membawa delapan orang: pilot Kapten Haryanto, engineer Hendra, dan penumpang Mark Werren, Yudi Febrian, Andys Rissa Pasulu, Santha Kumar, Claudine Quito, dan Iboy Irfan Rosa.

MEMBACA  PWNU Jakarta Meminta Agar Tidak Terjadi Lagi Kemacetan Horor di Tanjung Priok