\”
loading…
Isi sebagian kitab Qashidah Barzanji ini sejauh ini masih mengundang perdebatan. Ilustrasi: Ist
PADA bulan Rabiul Awal ini umat Islam memperingati Maulid Nabi . Lazimnya pada peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW masjid-masjid di Indonesia banyak menggelar barzanjen, yakni acara membaca kitab Barzanji.
Isi sebagian kitab Qashidah Barzanji ini sejauh ini masih mengundang perdebatan. Salah satunya adalah perihal Nur Muhammad . Konon kepercayaan semacam ini bersumber dari riwayat palsu alias hoaks. Bernarkan?
Kitab Barzanji ditulis oleh Ja’far al-Barjanzi al-Madani. Dia adalah khathib di Masjidilharam dan seorang mufti dari kalangan Syaf’iyyah. Wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M.
Sebagai seorang penganut paham tasawuf yang bermazhab Syiah , Ja’far al-Barjanzi sangat mengkultuskan keluarga, keturunan dan Nabi Muhammad SAW. Ini dibuktikan dalam doanya “Dan berilah taufik kepada apa yang Engkau ridai pada setiap kondisi bagi para pemimpin dari keturunan az-Zahrâ di bumi Nu’man”.
Dia menyakini tentang Nur Muhammad, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:
وَماَ زَالَ نُوْرُ الْمُصْطَفَى مُتْنَقِلاً مِنَ الطَّيِّبِ اْلأَتْقَي لِطاَهِرِ أَرْدَانٍ
Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.
Di kalangan sufi, Nur Muhammad bukan barang asing. Abu Abdullah Husain bin Mansur al-Hallaj atau Al-Hallaj, ulama sufi asal Iran, mengatakan, “Nabi SAW memiliki cahaya yang kekal abadi dan terdahulu keberadaannya sebelum diciptakan dunia. Semua cabang ilmu dan pengetahuan di ambil dari cahaya tersebut dan para Nabi sebelum Muhammad SAW menimba ilmu dari cahaya tersebut.\”
Demikian juga perkataan Ibnul Arabi Attha\’i bahwa semua Nabi sejak Nabi Adam as hingga Nabi terakhir mengambil ilmu dari cahaya kenabian Muhammad SAW yaitu penutup para Nabi.
Memicu Polemik
Konsep Nur Muhammad ini memang kerap memicu polemik di tengah umat Islam. Sebagian orang menolaknya karena konsep ini bertentangan dengan konsep penciptaan manusia dalam Al-Qur’an. Sebagian orang lainnya menolak karena konsep terpengaruh oleh doktrin salah satu sekte dalam Islam, yaitu Syiah.
Adapun sebagian kelompok lainnya menolak karena konsep ini membuka lebar pemikiran yang ditengarai oleh kosmologi sufisme yang dianggap berlebihan dan melewati batas.
Sebagian orang Islam lainnya menolak konsep Nur Muhammad karena membuka jalan pada paham wahdatul wujud. Paham sufisme yang berkembang di Nusantara menyebutnya kurang lebih martabat lima atau martabat tujuh.
Sedangkan sebagian orang menolak pijakan konsep Nur Muhammad ini melalui kritik hadis.
Qashidah Barzanji menyebut konsep Nur Muhammad sebagai berikut:
أصلي وأسلم على النور الموصوف بالتقدم والأوليه
“Aku mengucap selawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal”
Bukan Qadim
Perihal masalah ini, Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantan i, menjelaskan konsep Nur Muhammad tidak sulit untuk dipahami dan tidak perlu dibikin ruwet.
Status Nur Muhammad bukan qadim sebagaimana keqadiman sifat Allah. Nur Muhammad adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum Dia menciptakan makhluk lainnya.
\”