JAKARTA – Majelis Masyayikh terus perkuat langkah nyata untuk jamin mutu pendidikan pesantren. Ini sesuai dengan amanat UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, yang menegaskan posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang punya kekhasan, kemandirian, dan peran penting dalam mencerdaskan bangsa.
Sebagai tindak lanjut, Majelis Masyayikh gelar asesmen penjaminan mutu Ma’had Aly tahap kedua pada 13–30 Oktober 2025. Kegiatan ini mencakup 13 Ma’had Aly di 11 kota/kabupaten di 4 provinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Sebanyak 26 asesor ditugaskan untuk melaksanakan penilaian ini.
Ketua Majelis Masyayikh, KH. Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin), menekankan bahwa asesmen ini bukan cuma urusan administratif. Tujuannya adalah untuk bangun kesadaran internal tentang pentingnya budaya mutu.
"Asesmen ini bukan soal dinilai atau menilai, tapi tentang bagaimana pesantren paham dan kembangkan potensi dirinya sendiri. Fokus utama kami adalah internal quality culture — budaya mutu yang tumbuh dari dalam. Ini sesuai dengan semangat kemandirian pesantren," ujar Gus Rozin, Jumat (31/10/2025).
Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said, juga menekankan bahwa penguatan mutu harus berakar pada nilai-nilai khas pesantren. "Setiap Ma’had Aly punya keunikan sendiri. Melalui asesmen ini, kami pastikan penguatan mutu tidak menyeragamkan, tapi justru perkuat kekhasan tersebut," jelasnya.
Sementara itu, Mudir Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan, Ahmad Fauzan, menyampaikan apresiasinya. "Bagi kami, asesmen ini adalah kesempatan dapat masukan konstruktif. Kami merasa didampingi untuk tingkatkan kualitas akademik dan pelayanan. Asesor hadir bukan untuk menghakimi, tapi untuk mendampingi," ujarnya.
Melalui asesmen tahap kedua ini, Majelis Masyayikh berharap bisa bangun budaya mutu yang berkelanjutan, yang fokus pada peningkatan kualitas kelembagaan, kurikulum, dan pengelolaan pendidikan pesantren.
BlackRock Cetak Rekor: ETF Bitcoin Jadi Pasar Paling Menguntungkan, Lampaui ETF Konvensional